Bila Orang Tua Masuk Penjara

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T292B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Orang tua adalah manusia yang tidak sempurna dan sebagai manusia yang tidak sempurna, mereka dapat berbuat salah. Sudah tentu masuk penjara adalah konsekuensi yang menyesakkan dan membuat kita sebagai anak merasa malu. Selain malu kita pun juga menghadapi kebinggungan tatkala orang lain menanyakan keberadaan orang tua kita. Apa yang mesti kita lakukan?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Orangtua adalah manusia yang tidak sempurna dan sebagai manusia yang tidak sempurna, mereka dapat berbuat salah. Sudah tentu masuk penjara adalah konsekuensi yang menyesakkan dan membuat kita sebagai anak merasa malu. Berikut akan dipaparkan beberapa masukan untuk menghadapi hal seperti ini.

  1. Jangan tergesa untuk menguburkan rasa marah kepada orang tua yang telah berbuat salah. Kemarahan seperti ini adalah kemarahan yang wajar. Jangan terburu-buru memutihkannya dengan berkata, "Saya ampuni!" sebab itu tidak menyelesaikan, malah menjauhkan hubungan kita dengan orang tua yang bersangkutan. Jika memungkinkan sampaikanlah kepada beliau bahwa kita kecewa, malu dan marah atas perbuatannya. Dengan kita menyampaikan perasaan yang sesungguhnya, kita memberitahukannya bahwa perbuatannya sungguh berdampak menyakitkan pada kita, anaknya.
  2. Apabila orang tua menolak untuk mengambil tanggung jawab dan malah balik marah menyalahkan kita, mundurlah dengan teratur. Jangan paksakan dan mencoba membuatnya berubah. Ternyata beliau belum bertobat atau memang terlalu angkuh untuk mengakui kesalahannya. Biarkanlah dan berdoalah untuknya agar ia sungguh mengalami pertobatan yang sesungguhnya.
  3. Relasi dengan orang tua yang ditinggal di rumah akan sangat bergantung pada tanggapannya terhadap masalah ini. Bila beliau diamuk kemarahan dan kepahitan, sudah tentu kita hanya dapat menghiburnya dan memberinya waktu untuk pulih.
  4. Tidak bisa tidak, pemenjaraan orang tua membawa bibit perpecahan ke dalam keluarga. Ada yang bereaksi marah dan malu kemudian menyalurkannya secara keliru misalkan dengan menimbulkan pemberontakan atau perilaku menyimpang lainnya. Ada yang memilih untuk menyembunyikan semua perasaan ini di hati bahkan sampai mengucilkan diri dari pergaulan. Prinsip terpenting yang perlu diterapkan adalah jangan memaksakan apa pun. Setiap orang memerlukan waktu untuk mencerna apa yang terjadi dan setiap kita memberi respons yang tidak sama terhadap masalah yang berat ini.
  5. Jagalah diri agar tidak terlalu dekat dengan seseorang di dalam keluarga. Kita akan merasa dekat dan ingin berbagi duka dengan orang yang paling mengerti isi hati kita. Bahayanya adalah, setelah masalah ini berlalu, bibit perpecahan pada akhirnya menimbulkan buah perpecahan yang riil dan permanen. Anggota keluarga yang merasa tersisihkan, mungkin tidak akan lagi bersedia dekat dengan kita. Ia sudah merasa dipinggirkan dan menyimpan sakit hati yang dalam.
  6. Kita tidak boleh berbohong kepada orang tetapi kita tidak harus memberi penjelasan mendetail tentang keberadaan orang tua. Jadi, jika ada orang bertanya, silakan mengatakan bahwa orang tua tengah pergi untuk waktu yang lama, kemana? Kita dapat dengan santun menjawab bahwa hal itu tidak dapat kita kemukakan. Sebaliknya, bila orang sudah mendengar perihal pemenjaraan orang tua, jika ia bertanya, katakanlah, ya. Singkat kata, hanya ceritakan peristiwa sebenarnya kepada orang yang memang dekat dengan kita dan sungguh peduli dengan keadaan kita. Kepada orang seperti inilah kita bercerita untuk mendapatkan dukungan sekaligus doa.
  7. Kita mesti melihat semua yang terjadi dari kacamata Tuhan. Kita melihat pemenjaraan orang tua sebagai bagian dari keadilan Tuhan. Janganlah sampai kita kehilangan perspektif dan menyalahkan pihak lain. Ia menghukum tetapi Ia akan memulihkan. Dan kita harus mengingat kasih setia Tuhan memelihara hidup kita. Kendati akan ada banyak kesulitan, Tuhan pasti memelihara. Ia tidak akan meninggalkan kita.
Firman Tuhan:
"Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu, di sebelah kananmu . . . Tuhan akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya." (Mazmur 121:5, 8)

Comments

pada prinsipnya sama..., memang penjara konsekuensinya. sy pasrah. dengan masalah org tua. yg terlalu sakit luar dalam. dari bpk ato dr ibu. sy tidak malu. bahkan sy ingin menebus kesalahan ayah saya..., (menggantikan masuk penjara) wlopun mensuramkan masa depan pribadi. hanya untuk biarkan ayah merawat ibu yg lagi sakit. saya terima kenyataan ini dengan lapang dada. agar tdk terjadi perpecahan wlo sy buta dengan hukum. bahkan tdk tahu menau ayah terjebak atao emang salah. sy minta bantu do'a.., semoga sy dan keluarga masih diberi perlindungan... l1126eamerovingian@yahoo.com

aku pernah mengalami hal yang sama... hal yang sulit bahkan sangat sulit untuk diterima. dicemooh teman, tetangga tentu bukan hal yang kita inginkan.. tapi dari sanalah kita belajar tegar, belajar menerima kenyataan bahwa inilah hidup yang kita jalani. sejenak kita pun harus berpikir mengapa ini terjadi pada kita bukan pada orang lain. mungkin tuhan punya rencana yang lebih baik untuk kita. tidak ada satu orang pun yang menginginkan hal ini.... dan kita beruntung karena pengalaman hidup kita lebih banyak dari mereka... kita pernah mengalami apa yang belum mereka alami....

Saya sudah tua sekarang ditinggal masuk penjara oleh bapak dan emak di tahun 66 dan ndak tau mati dimana. Dan selama itu pula saya hidup dalam alam diskriminasi. Sebagai seorang anak dari lingkungan tidak bersih, saya tidak bisa masuk tentara, polisi, pegawai negeri dlsb. Waktu itu saya umur 15 tahun. Karena harta yang tak seberapa juga dikuasai oleh penguasa saat itu, aku sebagai seorang anak yang masih ingusan gak bisa berbuat apaapa dan jadilah saya seorang gelandangan. Sebatangkara aku menggelandang ke seantero nusantara dg dendam yang membara. Sampai suatu saat aku disapa Ibrani 12:2 dalam ejaan lama waktu itu itu tahun 1969, ejaan belum disempurnakan. Gini bunyi Ibrani 12:2 Dalam pada itu amatilah Jesus, pelopor kita dalam kepertjajaan, jang membawa kita kepada kesempurnaan. Iapun ganti kesukaan jang tersedia baginja, mau menanggung salib sambil mengabaikan segala kehinaannja. Sekarang ia duduk disebelah kanan tachta Allah. Saya tahu bapak emak saya tidak melakukan apapun yang patut duhukum mati. Tapi Kristuspu sama sekali bukan jahat rela dihukum mati. hati saya jadi tenteram justru rasa bangga muncul tapi bukan kesombongan. Sebuah keyakinan bahwa bapak emakku berada disuatu tempat yang telah disediakan bagi beliau olehNYA. Biarlah sampai saat ini aku tetap jadi gelandangan tua karena apa yang kurasakan belum apa apa jika dibandingkan Kristus yang bersabda : Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Luk.9:58 Jadi dengan suka rela aku menjadi gelandangan sampai tua. Dalam Jalan Kebenaran dan hidup tentunya..... Shaloom Tuhan Berkati bumindonesia.wordpress.com from Bagong

Shalom, Bersyukur Firman Tuhan sekalipun masih dalam ejaan lama telah menjadi berkat bagi Anda. Teriring doa : Tim Pengasuh Program Telaga