Pincang Tapi Berjalan

Versi printer-friendly
Oktober

Berita Telaga Edisi No. 155 /Tahun XIII/Oktober 2017


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon





PINCANG TAPI BERJALAN


Salah satu kenyataan yang dapat kita saksikan di Alkitab adalah Tuhan memakai para hamba-Nya, yang bukan saja penuh dengan kelemahan, tetapi juga lahir dan besar dalam keluarga yang bermasalah. Salah satunya adalah Yakub. Sebagaimana kita ketahui, ia dibesarkan dalam keluarga yang tidak sempurna, di mana relasi ayah dan ibunya tampak terbelah. Dan, ia pun harus mengalami begitu banyak kesusahan dalam hidup akibat keputusan yang dibuatnya.

Pada Kejadian 32:22-32 dicatat sebuah penggalan kehidupan Yakub yang menarik untuk disimak. Kisah ini berawal dari keputusan Yakub untuk lari dari mertuanya, Laban. Oleh karena terus diperdaya oleh Laban, Yakub memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Ini bukanlah keputusan yang mudah sebab di kampung halamannya sudah menunggu kakaknya Esau, yang pernah berjanji untuk membunuhnya. Sebagaimana kita ketahui, Esau marah kepadanya karena Yakub memperdaya ayahnya, Ishak, untuk memberikannya berkat anak sulung—berkat yang seharusnya diberikan kepada Esau.

Malam itu di dekat sungai Yabok, sewaktu Yakub sedang seorang diri setelah menyeberangkan anak dan istrinya, muncullah seseorang dan terjadilah pergulatan antara orang itu dan Yakub. Kita hanya dapat menduga bahwa besar kemungkinan Yakub berkelahi dengan orang itu karena ia mengira orang itu berniat berbuat jahat kepadanya. Orang tersebut berhasil memukul sendi paha Yakub membuatnya terpelecok. Kemudian sesuatu terjadi yang membukakan mata Yakub untuk melihat bahwa orang itu bukanlah manusia biasa melainkan malaikat Tuhan. Yakub pun meminta malaikat Tuhan itu memberkatinya. Tuhan memberkatinya dan menetapkannya menjadi Israel, bapak dari kedua belas suku Israel. Namun, Tuhan pun membuatnya pincang. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik:

Pertama, Tuhan tidak memakai orang yang berkarakter sempurna. Ia memakai Yakub, seseorang yang demi ambisi pribadinya rela menghalalkan segala cara, termasuk memperdaya kakak dan ayahnya. Namun bukan itu saja. Tuhan pun memakai orang yang berasal dari latar belakang yang tidak sehat. Ayah dan ibunya tidak memiliki pernikahan yang harmonis. Itu sebab Ribka, sang ibu, rela menyuruh putra kesayangannya Yakub untuk memperdaya Ishak, sang ayah. Singkat kata, ketidak-sempurnaan mewarnai diri dan hidup Yakub tetapi itu tidak menghentikan Tuhan untuk memanggil dan memakainya.

Tidak bisa tidak, pilihan Tuhan atas Yakub menyadarkan kita bahwa acap kali standar kita justru lebih tinggi dan tidak selentur kriteria Tuhan. Sering kali kita menuntut kesempurnaan dari orang sebelum kita bersedia menerimanya menjadi bagian dari hidup dan pelayanan kita.

Kedua, Tuhan bekerja melalui – bukan menghindar dari – ketidaksempurnaan. Sebagaimana dapat kita lihat Tuhan bekerja di dalam setiap ruang hidup Yakub. Ya, ia berbuat salah kepada kakak dan ayahnya dan sebagai akibatnya ia harus melarikan diri ke kampung halaman ibunya. Kemudian ia diperdaya oleh Laban mertuanya sehingga ia terpaksa menikahi Lea, kakak dari Rahel, satu-satunya perempuan yang dikasihinya. Akhirnya, Yakub terpaksa menikahi kedua budak Lea dan Rahel. Namun, sebagaimana kita ketahui dari empat istri Yakub lahirlah kedua belas putra Yakub yang menjadi cikal bakal kedua belas suku Israel.

Di sini kita dapat melihat Tuhan terus bekerja lewat semua kesalahan dan ketidaksempurnaan. Hidup tak lepas dari kesalahan dan ketidaksempurnaan. Adakalanya kita melakukan kesalahan atau mengambil keputusan yang keliru. Namun, Tuhan dapat terus bekerja melalui kesalahan kita. Dengan cara-Nya yang ajaib, Ia malah memakai bagian hidup kita yang jauh dari sempurna untuk menggenapi rencana-Nya. Sudah tentu itu tidak berarti bahwa kita boleh hidup sembarangan sebab kita beranggapan, Tuhan akan sanggup memakai kesalahan kita untuk menggenapi rencana-Nya. Pemikiran seperti ini salah dan tidak boleh direalisasikan. Tuhan penuh anugerah tetapi kita tidak boleh menyia-nyiakannya.

Ketiga, Tuhan tidak segan-segan membuat kita malah lebih lemah agar kita bersandar kepada-Nya. Tuhan sengaja membuat Yakub pincang agar ia tidak lagi bergantung pada kesanggupannya sendiri. Di dalam ketakutannya menghadapi kakaknya Esau, Tuhan membuat Yakub justru lebih lemah. Sekarang ia berada di posisi di mana ia tambah tidak berdaya melawan Esau. Namun oleh karena itu ia bertambah bergantung pada Tuhan.

Di dalam hidup, sewaktu kita tengah merasa lemah ditindih kesukaran hidup, tidak jarang Tuhan justru membuat kita bertambah lemah. Terjadi lagi kesukaran baru dan beban baru, membuat kita bertambah tidak berdaya. Di saat itu kita hanya dapat berjalan ke satu arah—mendekat kepada Tuhan dan sungguh-sungguh bergantung pada kekuatan dan pemeliharaan-Nya.

Keempat, Tuhan tidak ragu membuat kita "cacat" agar kita berubah secara tuntas. Tema dari cara Yakub untuk memperoleh yang diinginkannya adalah ketidakjujuran. Sedangkan tema dari cara Yakub dalam menyelesaikan masalah adalah dengan lari menghindar. Sekarang Yakub tidak lagi dapat menipu dan ia pun tidak lagi dapat lari karena sekarang ia pincang. Inilah kondisi sesungguhnya yang tidak dapat ditutupi.

Kadang Tuhan terpaksa membuat hidup kita pincang, karena Ia ingin mengubah karakter dasar kita. Ya, untuk mengubah karakter dasar diperlukan cara yang jauh lebih dalam dan menyakitkan. Sebab jika tidak, kita tidak akan berubah secara menyeluruh. Firman Tuhan menjelaskan, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Yakub dibuat pincang, namun justru karena pincang, ia malah dapat berjalan—bersama Tuhan. Kadang Tuhan pun harus membuat kita pincang—masalah demi masalah yang mesti dihadapi—namun justru lewat semua ini, kita berjalan di jalan-Nya yang benar.

Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi

Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs www.telaga.org dengan kode T457 B.


TELAGA MENJAWAB

Tanya

Shalom,

Saya seorang pekerja sosial kemanusiaan. Ketika berbicara di depan masyarakat saya tidak gemetar karena sudah terlalu sering. Namun justru ketika berbicara dengan teman-teman sendiri saya merasa diperhatikan atau dihakimi meskipun itu hanya ada dalam kepala saya. Meskipun pengalaman saya selama ini berhasil mengatasi hal itu dan bahwa pikiran saya itu salah.

Saya merasa rendah diri di depan teman-teman yang berprofesi sebagai dokter dan dari lulusan IPB, ITB dan UI dengan berbagai jurusan yang lebih bonafit. Walaupun saya lulusan terbaik jurusan Bahasa Perancis dari IKIP, entah mengapa saya tetap rendah diri di depan mereka. Mungkin karena pengalaman masa kecil saya yang kurang menyenangkan. Saya mellihat kakak saya lebih tampan, ada perasaan tertolak disana. Saya sudah melupakan hal-hal buruk di masa lalu, tapi kadang itu menghantui saya dan pikiran negatif tentang teman-teman dan diri sendiri yang seringkali muncul. Padahal Tuhan sudah memberi kemampuan lebih kepada saya.

Bisa bantu saya? Terima kasih.


Jawab

Shalom, Saudara yang dikasihi Tuhan

Kami melihat Anda merasa telah mengerti bahwa apa yang Anda pikirkan – yaitu merasa dihakimi – adalah pikiran yang semu. Anda menulisnya dengan "tahu salah dan bisa mengatasi", yaitu ketika berbicara merasa diperhatikan atau dihakimi. Namun disisi lain Anda menulis bahwa ada perasaan rendah diri di depan teman-teman. Ada pertentangan di balik pernyataan ini. Bisakah Anda mengatasi tapi tetap merasa rendah diri? Rendah diri bisa berasal dari pikiran kita tentang diri sendiri, bukan fakta tentang diri kita. Itu artinya, bila Anda merasa rendah diri sebenarnya Anda belum berhasil mengatasi pikiran Anda yang negatif tentang diri sendiri.

Anda sebenarnya sudah mengetahui salah satu sebabnya, yaitu rasa tertolak di masa kecil. Pernyataan bahwa Anda sudah melupakan juga bertentangan dengan fakta bahwa Anda masih "dihantui" dengan pikiran-pikiran negatif itu sampai sekarang. Dalam hal ini memang melupakan bukan jalan keluar. Kita pun tidak akan mampu melupakan masa lalu kita yang pahit selama kita masih hidup. Jadi, yang perlu Anda doakan dan gumulkan adalah supaya Tuhan menaruh dan memampukan Anda mengampuni orang-orang yang melukai hati Anda dan mengampuni (=menerima) diri sendiri.

Pada bagian lain, Anda mengisyaratkan bahwa sesungguhnya Tuhan memberi banyak kelebihan kepada Anda, namun tampaknya sulit bagi Anda untuk menerima keberadaan diri. Bersyukurlah atas talenta dan karunia yang Tuhan berikan, cobalah fokus kepada Tuhan untuk memberikan itu bagi kemuliaan Tuhan dan tidak fokus pada masa lalu.

Demikian tanggapan dari kami. Tuhan memberkati.

Salam : Tim Pengasuh Program TELAGA


Mengenal Lebih Dekat

Di tengah heterogenitas masyarakat Kepulauan Mentawai, kita bersyukur ada sebuah radio yang bermisi membawa pengaruh positif dan memberikan informasi yang benar, yaitu Radio Nests FM. Mengudara pada frekuensi 99,7 FM sejak 10 Juni 2016, radio yang didirikan oleh Yayasan Nests Jakarta ini memiliki motto "Bikin Hidup Lebih Baik". Siaran radio ini bisa ditangkap di wilayah Sipora Utara, sebagian Sipora Selatan, Siberut Barat Daya, dan sebagian Pesisir Kota Padan, juga bisa didengan melalui streaming dengan mendownload aplikasi Radio Nests FM di Play Store.

Bersyukur pula, mulai 9 Oktober 2017, Program TELAGA disiarkan di radio ini setiap hari pukul 06.00 WIB. Doakan kerjasama ini bisa terus terjalin baik, bermanfaat bagi para pendengar dan memuliakan Tuhan.


DOAKANLAH
  1. Bersyukur untuk sumbangan kembali yang diterima dari Ibu Paulina Susanti di Tangerang sejumlah Rp 1.000.000,- dan dari Radio Suara Gratia FM di Cirebon sebesar Rp 200.000,-.
  2. Bersyukur Telaga ditawari untuk membuka stand dalam acara yang diadakan oleh Yayasan Pancaran Anugerah di SAAT Malang pada tanggal 23 Oktober 2017 yaitu seminar tentang "Isu Ketertarikan Sesama Jenis" (Homoseksualitas). Peserta sekitar 126 orang dari berbagai gereja dan individu di Malang dan Surabaya. Terjual 31 CD, 2 VCD dan buku-buku/booklet serta juga dibagikan sekitar 75 DVD Konseling Kristen Telaga kepada mereka yang berminat.
  3. Bersyukur selama 4 minggu di Malang telah berhasil diadakan 8x rekaman bersama Bp. Paul Gunadi sebagai narasumber, termasuk rekaman video. Doakan untuk pengeditan rekaman video yang dikerjakan oleh Bp. Yahya A.P. Gunawan.
  4. Pada bulan Oktober 2017 juga telah diadakan 3x rekaman bersama Ev. Sindunata Kurniawan sebagai narasumber. Doakan agar sampai dengan akhir tahun 2017 bisa diadakan minimal 5x rekaman lagi.
  5. Doakan untuk pengeditan buku Telaga-5 berjudul "Sampai Hari Tuaku" yang direncanakan terbit dalam bulan Nopember 2017.
  6. Bersyukur pihak Literatur SAAT telah mulai mengedit 6 artikel tentang berpacaran yang rencananya akan dijadikan buku berjudul "Panduan Bijak Berpacaran Sehat".
  7. Doakan untuk radio komunitas Sekolah Kristen Kalam Kudus di Ambon agar dalam waktu dekat bisa mengudara dan program Telaga bisa diudarakan. CD-MP3 telah dikirimkan ke Ambon.
  8. Doakan untuk rencana Sekolah Kristen Lentera di Ambarawa, Jawa Tengah mengadakan acara "Gebyar Lentera 2017" pada tanggal 17 Nopember 2017 dimana Telaga akan ikut memeriahkan bazaar buku sebagai salah satu jenis kegiatan yang diadakan.
  9. Doakan apabila Tuhan berkenan dalam tahun 2017 ini Telaga bisa bekerjasama dengan salah satu radio di kota Malang.
  10. Bersyukur untuk donasi yang diterima dalam bulan ini dari donatur tetap, yaitu dari :
    006 – Rp 100.000,-
    011 – Rp 150.000,-