Mendisiplin Bukan Menghancurkan Anak

Versi printer-friendly
November

Berita Telaga Edisi No. 51 /Tahun V/ November 2008/


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagaindo.net.id Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account : BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon


MENDISIPLIN BUKAN MENGHANCURKAN ANAK

Mendisiplin anak merupakan kewajiban, bukan sekadar pilihan kesukaan orang tua. Kasih yang berimbang diberikan dalam bentuk kelembutan dan ketegasan. Itu sebabnya firman Tuhan mengajarkan, "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." (Amsal 13:24)

Mengapakah anak memerlukan disiplin?

  1. Disiplin menolong anak berkata 'tidak', kepada diri sendiri. Ingat, kita tidak selalu mempunyai hasrat yang baik, jadi, kita harus dapat berkata 'tidak' kepada hasrat yang tidak baik. Juga, hasrat yang baik sekalipun tidak senantiasa dapat terealisasi seketika, jadi, kita harus bisa menunda pemenuhannya.

  2. Disiplin menolong anak mencapai sasaran atau keinginannya. Disiplin membantu anak berkonsentrasi dan fokus pada target.

  3. Disiplin mendorong anak untuk meng-hormati orang lain; tanpa disiplin anak tidak mudah meng-hormati siapa pun, ia hanya akan menghormati orang yang menuruti kehendaknya belaka.

  4. Terlebih penting, disiplin membantu anak hormat kepada orang dengan alasan yang benar-berhasil karena kerja keras. Dengan kata lain, disiplin membentuk karakter anak-mengajarnya menggunakan waktu dengan lebih baik dan mengem-bangkan etika hidup yang sehat yakni melalui bekerja keraslah orang mendapatkan yang ia dambakan.

  5. Pada akhirnya, disiplin membuat anak dapat menghormati dirinya sendiri. Ia menyukai dirinya sebab ia melihat bahwa ia dapat menetapkan sasaran dan mencapainya. Ia dapat mencatat keberhasilan dan ini membuahkan kebanggaan tersendiri.

Prinsip Mendisiplin Anak dengan Efektif

  1. Disiplin yang efektif tidak selalu berbentuk pukulan; disiplin bisa berbentuk teguran atau pemberian sanksi.

  2. Disiplin yang efektif diberikan dengan segera, jangan ditunda. Penundaan menimbulkan ketidak-pastian dan kecemasan yang tidak perlu.

  3. Disiplin yang efektif sesuai dengan kesalahannya, tidak berlebihan.

  4. Disiplin yang efektif tetap menyisakan hormat pada harkat anak, tidak menghinanya.

  5. Disiplin yang efektif harus spesifik, tidak menjalar kepada kesalahan lain atau dikaitkan dengan kemarahan lainnya.

Oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi


MENGENAL LEBIH DEKAT

Tak henti-hentinya kita mengucap syukur kepada Tuhan Yesus, karena awal bulan Nopember 2008 ini Tuhan memperluas pelayanan TELAGA khususnya di Ungaran - Jawa Tengah. Radio Sahabat Sejati FM, yang bernaung di bawah salah satu gereja di Ungaran ini baru berdiri tanggal 19 Juli 2008 yl. Telaga bisa didengarkan melalui frekuensi 107,7 MHz. pada hari Selasa dan Jumat pk. 21.00 WIB.

Bagi Anda yang tinggal di daerah Ungaran, silakan mendengarkan dan harapan kami program Telaga bisa menjadi berkat.


KEUANGAN

Pemasukan bulan ini:

Persembahan dari:
Gereja Isa Almasih, Mlg Rp. 250.000,00
Radio Cristy AM, Makassar Rp. 375.000,00
Hasil penjualan CD dll. Rp. 487.500,00
Total pemasukan: Rp. 1.112.500,00
Pengeluaran bulan ini: Rp. 5.207.600,00

DOAKANLAH

  1. Bersyukur untuk persembahan yang diterima dari Gereja Isa Almasih Jemaat Anambas, Malang sebesar Rp. 250.000,- dan dari Radio Cristy AM di Makassar sebesar Rp. 375.000,-.

  2. Bersyukur untuk tambahan 2 radio yang akan menyiarkan program Telaga, yaitu Radio Millenium Century (MC) FM di Genteng - Banyuwangi dan Radio Sartika FM di Kuala Kurun, Kab. Gunung Mas - Kalimantan Tengah.

  3. Doakan agar Radio Blessing FM di Pekalongan bisa mulai "on air" dalam waktu dekat. Mereka sedang mengurus perijinan.

  4. Doakan untuk Radio Pemulihan Kasih FM di Bajawa, Flores. Sudah 5 bulan radio ini berhenti siaran. Menurut informasi terakhir, awal bulan Desember 2008 mereka akan menghadap KPID di Kupang untuk menyelesaikan permasalahannya, karena semua berkas sudah siap.

  5. Ada 397 kaset Telaga yang telah ditawarkan kepada radio yang bekerjasama dan juga kepada beberapa konselor di berbagai tempat; 85 kaset dinyatakan untuk perpusta-kaan, 52 kaset digunakan oleh Radio Suara Gratia FM untuk para pendengar yang memberikan response. Doakan agar ada tanggapan terhadap 260 kaset lainnya.

  6. Doakan untuk VISI Bandung yang telah hampir 2 bulan berusaha untuk mencocokkan stock kaset dan CD Telaga yang dititipkan. Menurut catatan ada 616 kaset dan 416 CD Telaga.

  7. Doakan agar para konselor (Bp. Didi Darsono dan Sdri. Betty Tjipta Sari) bisa mengisi fasilitas blog yang telah disediakan pada situs Telaga.

  8. Doakan untuk Bp. Heman Elia dan Sdri. Lortha yang mengerjakan 10 artikel yang rencananya akan diterbitkan oleh Literatur SAAT pada tahun 2009/2010 yad.

  9. Doakan untuk kesibukan menjelang akhir tahun 2008, seperti pencatatan transkrip, pendistribusian kalender 2009 dan lain-lain.

  10. Doakan untuk keamanan sekitar Natal 2008 dan Tahun Baru 2009, juga untuk Pemerintah Indonesia menjelang Pemilu bulan April 2009.


TELAGA MENJAWAB

Tanya:

Bagaimana sikap saya sebagai anak, dalam menyikapi orang tua yang bagi saya tidak menjadi teladan malah justru menjadi batu sandungan bagi kami sebagai anak-anaknya.

Orang tua saya tidak menjalin hubungan yang baik dengan tetangga-tetangga sehingga saya sebagai anak turut terkena imbasnya terutama dalam hal dikucilkan. Saya melihat ayah saya kurang memiliki wibawa di depan orang banyak, dalam hal berpakaian selalu berpakaian apa adanya dan dalam tutur kata tidak bisa menjaga tutur kata yang layak serta kurang memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Saya sebagai anak menyadari adanya hal yang sama dalam diri saya, karena perasaan dikucilkan terpupuk sejak masa kecil. Saya mencoba untuk bangkit dalam hal belajar membangun komunikasi dan relasi yang baik dengan orang banyak serta melatih rasa percaya diri dalam bersosialisasi. Namun yang menjadi kendala adalah ketika saya ingin bangkit seringkali menemui jalan buntu. Saya mencoba untuk ikut dalam kegiatan/ibadah yang diadakan di daerah saya, dan ada beberapa tetangga yang juga hadir dalam kegiatan tersebut, kadang-kadang orang tua saya juga ikut. Dalam persekutuan tersebut saya mengenal beberapa orang karena merupakan keluarga saya, tapi ketika saya bertemu dengan tetangga, saya memiliki perasaan yang tidak enak. Pernah saya mencoba untuk bersalaman tapi malah dilewati sehingga muncul perasaan tidak enak atau malu terhadap teman-teman saya. Apalagi kalau orang tua saya juga ikut dalam kegiatan tersebut, saya merasa malu dan minder memiliki orang tua yang tidak sesuai dengan harapan saya. Saya takut terjadi penilaian yang jelek dari teman-teman saya terhadap orang tua saya dan perilaku keluarga kami.

Apa yang harus saya lakukan menyikapi hal-hal ini?

Karena di satu sisi saya ingin berkembang dan juga ingin memulihkan keluarga saya. Tapi di sisi lain saya menemukan hambatan yang membuat saya jadi enggan dan tidak tahu untuk berbuat apa lagi.

Jawab:

Tampaknya Saudara memiliki keinginan yang baik untuk dapat bergaul dan berbaur dengan masyarakat sekitar, namun merasa terhambat kerena ketidakpercayaan diri dan rasa malu akan sikap orang tua dan keluarga. Saudara merasa bahwa orang tua juga memengaruhi penilaian dan pandangan orang lain terhadap Saudara.

Memang keluarga adalah bagian yang tak terpisahkan dari diri kita, namun nilai diri kita tidak melulu ditentukan oleh bagaimana keluarga kita.

Salah satu kunci membangun konsep diri yang sehat adalah penerimaan diri. Penerimaan diri di sini termasuk peneri-maan terhadap fakta-fakta yang tidak dapat kita rubah, misalnya sikap orang tua kita, di negara mana kita dilahirkan, apa warna kulit kita dan sebagainya.

Tampaknya saudara masih sulit menerima fakta bahwa Saudara dilahirkan dari orang tua yang memiliki perilaku yang saudara tidak sukai. Saudara merasa malu terhadap fakta tersebut. Hal itu membuat Saudara tidak percaya diri dan tidak peka terhadap sikap penolakan orang lain terhadap saudara.

Cobalah melihat kepada diri sendiri, hal apa yang positif dari diri Anda lalu lihat apa yang negatif; belajarlah untuk mengampuni diri sendiri baik terhadap kelemahan maupun belajar untuk mengampuni diri sendiri. Cobalah belajar menerima apa adanya, hal-hal yang memang tidak dapat dirubah, belajar bersahabat dan mencintai apa yang tidak dapat dirubah tersebut. Apa yang tidak dapat kita rubah atau di luar kendali kita adalah termasuk perilaku orang lain atau perilaku orang tua kita. Karena perilaku mereka adalah pilihan dan keputusan mereka sendiri. Kita memang dapat memberikan masukan, namun kita tidak dapat memaksa orang berubah. Jadi saudara perlu belajar berdamai dan mencintai hal-hal yang memalukan dari orang tua Saudara tersebut. Sedangkan kepada diri sendiri, kita lebih punya kendali untuk merubahnya. Jadi Saudara dapat merubah diri sendiri melalui proses latihan dan belajar untuk bergaul (misalkan mengembangkan pertemanan dan persahabatan yang tulus). Dengan kata lain, apa yang tidak dapat kita rubah kita terima apa adanya, apa yang dapat kita rubah kita usahakan untuk berubah menjadi lebih baik.

Mungkin dalam proses untuk menerima tersebut, saudara juga perlu mengampuni hal-hal yang memang saudara tidak dapat terima dari orang tua saudara. Lepaskan dan serahkan kepada Tuhan. Sebagaimana Tuhan mengasihi kita tanpa syarat, kita perlu belajar mengasihi orang lain dan diri kita tanpa syarat.


Komentar Pengunjung Situs

1.Nama : Lydia
Gereja : GKI Ka Im Tong
Komentar : "Website yang bagus sekali, sangat membantu buat kami yang membutuhkan, baik sekedar penguatan maupun untuk pembelajaran. Harapan saya agar terus berkembang."
2.Nama : Theresia Hendry
Gereja : GKI
Komentar : "Situs ini bagus sekali. Saya sering memanfaatkan situs ini untuk mencari materi mengajar siswa SMA. Saya adalah seorang guru BK SMA Kristen. Selain untuk mendukung pekerjaan, saya juga sangat terbantu secara pribadi dengan transkrip yang ada."