Membangun Kepercayaan dalam Pernikahan

Versi printer-friendly
Januari

Berita Telaga Edisi No. 158 /Tahun XIV/Januari 2018


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagatelaga.org Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Rr. Fradiani Eka Y. Bank Account: BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon





Membangun Kepercayaan dalam Pernikahan


Pernikahan didirikan di atas kepercayaan; tanpa kepercayaan, pernikahan bukanlah sebuah relasi yang intim dan saling mengikat. Bagaimanakah caranya membangun kepercayaan di dalam pernikahan?

Pertama, berkaitan dengan kepercayaan, kita dapat mengkategorikan adanya tiga kelompok orang:
  • Orang yang memasuki pernikahan dengan rasa percaya yang tinggi namun dengan berjalannya waktu, rasa percaya mulai menurun. Biasanya rasa percaya melorot turun akibat perbuatan pasangan yang merusak rasa percaya.
  • Orang yang memasuki pernikahan dengan rasa percaya yang rendah namun dengan berjalannya waktu, rasa percaya terus menanjak. Mungkin rasa percaya rendah akibat masa berpacaran yang bergelombang namun setelah menikah relasi ternyata membaik dan kepercayaan pun meningkat.
  • Orang yang memasuki pernikahan dengan rasa percaya terbatas dan terus memertahankan sikap berjaga-jaga selama menikah. Orang ini memang memilih untuk tidak memercayai siapa pun sepenuhnya; mungkin pengalaman masa lalunya membuktikan bahwa memercayai sama dengan mengundang luka akibat kekecewaan. Itu sebabnya tatkala menikah pun, ia tidak bersedia memberi dirinya sepenuhnya.
Kedua, kepercayaan dibangun di atas (a) kompetensi dan (b) karakter.
Kompetensi dibutuhkan utuk membangun kepercayaan sebab kita hanya akan memercayai seseorang bila ia membuktikan dirinya mampu melakukan tugas dan kewajibannya. Dengan kata lain, makin rendah tingkat kemampuan, makin sulit kita memercayainya. Itu sebabnya dalam pernikahan, masing-masing pihak haruslah dengan rajin dan penuh tanggung jawab mengerjakan bagiannya. Ketidakbisaan akan melemahkan kepercayaan.

Ada dua hal yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan kompetensi. Pertama, kita harus membangun satu sama lain lewat pujian dan penguatan sebab itulah yang mendorong pertumbuhan. Kritikan biasanya malah menjatuhkan semangat orang untuk berbenah diri. Kedua, bagi pihak yang membutuhkan bantuan, akuilah kelemahan dan mintalah bantuan pasangan. Saya kira kita akan lebih siap menolong bila pasangan mengakui keterbatasannya. Sebaliknya, sikap yang enggan mengakui kelemahan, makin menjauhkan kita darinya.

Kepercayaan juga dibangun di atas karakter. Makin baik karakter seseorang, makin kita memercayainya. Sebaliknya, makin kita melihat kelemahan pada karakternya, makin sukar kita memercayainya. Itu sebabnya masing-masing pihak harus terus memerbaiki diri dan bersedia diperbaharui. Sikap tidak mau berubah merupakan tanda karakter yang bermasalah.

Galatia 5:22-23 menjabarkan buah Roh Kudus yang seyogianya ada pada diri setiap orang Kristen, "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." Rasa percaya niscaya bertumbuh tatkala kita melihat suami sebagai suami yang penuh kasih dan kesabaran dan istri sebagai istri yang penuh sukacita dan penguasaan diri, dan sebagainya.
Pernikahan dibangun di atas kepercayaan; pernikahan dihancurkan dengan ketidakpercayaan.
Oleh : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Audio dan transkrip secara lengkap bisa didapatkan melalui situs www.telaga.org dengan kode T214A.

TELAGA MENJAWAB

Tanya

Shalom,

Saya telah menikah selama 16 tahun dan memunyai satu anak berusia 15 tahun. Selama 6 tahun suami saya bekerja ke luar negeri (Negeri A) dan di tahun-tahun itulah dia berselingkuh dengan sesama orang Kristen di sana. Setelah setahun suami bekerja di Negeri A, saya mendapatkan bukti perselingkuhannya. Awalnya suami tidak mau mengaku, namun karena saya terus meminta kejujurannya, akhirnya dia mengakuinya dan mengatakan bahwa mereka sudah berhubungan intim. Suami memohon ampun dan janji tidak akan mengulanginya lagi, seiring berjalannya waktu saya pun bisa memaafkannya. Tapi ternyata selama itu pula suami tetap melanjutkan perselingkuhannya. Berkali-kali saya menemukan bukti bahwa mereka tetap berhubungan, berkali-kali pula suami memohon ampun dari saya. Sampai ketika dia pulang ke Indonesia karena kontrak kerjanya habis, saya mengajaknya bertemu dengan gembala gereja kami dan disitu dia mengaku bahwa selama di Negeri A, mereka hidup bersama layaknya suami istri dan suami saya menafkahi keluarga selingkuhannya. Dengan kekuatan Tuhan saya bisa menerimanya dan dengan pertolongan Tuhan suami dapat kerja di luar kota (Kota B) dan masih satu perusahaan dengan yang di Negeri A. Sebagai istri, saya sangat bersyukur. Sampai suatu hari saya menemukan Facebook barunya yang dia pakai untuk menghubungi wanita di Negeri A itu. Suami memohon ampun lagi.

Masalahnya sekarang, suami meminta ijin untuk bekerja di luar negeri lagi, kali ini ke Negeri C. Alasannya, dia butuh suasana kerja yang baru untuk menenangkan hati dan pikirannya. Menurutnya, dengan perusahaan yang sama, dia tidak bisa melupakan kenangan-kenangan dengan wanita itu. Saya menolak. Saya minta dia bertahan, mungkin butuh adaptasi, saya katakan bahwa kami harus bersyukur dengan pekerjaan yang sekarang, dan jujur saya trauma. Hasilnya komunikasi kami kurang baik. Dia mengatakan lewat SMS kalau saya ini tidak percaya lagi kepadanya, dia merasa sangat kecewa kepada saya, dan mengatakan bahwa saya istri yang tidak tunduk kepada suami.

Bagaimana menghadapi suami saya ini? Sikap apa yang harus saya ambil? Kerinduan saya hanya ingin memiliki waktu bersama membimbing anak kami yang mulai beranjak remaja. Terima kasih.

Jawab

Shalom, Ibu yang terkasih

Bicara soal membina sebuah rumah tangga seharusnya ada kerjasama dan ada kehadiran bersama dimana pasangan berjuang bersama, mendayuh bersama. Enam tahun terakhir anda dan suami berpisah karena suami bekerja di luar negeri dan baru 1 tahun kerja didapati berselingkuh dan terus dilakukan sampai bertahun-tahun.

Hakekat keluarga adalah berjuang bersama dan kalaupun harus terpisah itu tidak boleh dalam waktu yang lama. Buat saya 6 tahun suami bekerja di luar negeri sudah cukup menimbulkan masalah. Tujuan suami keluar negeri karena ada kebutuhan ekonomi. Kenyataannya kebutuhan ekonomi tidak terpenuhi. Malah ada timbul masalah pelik soal perzinahan dengan wanita lain.

Saran saya, suami cari kerja di kota yang sama dengan Ibu. Jangan pisah kota supaya memperkecil kemungkinan jatuh dalam dosa yang sama. Ini bukan soal tunduk, ini soal keutuhan keluarga. Bicara baik-baik dengan suami bahwa anak sudah remaja perlu figure ayah.

Bawa dalam doa dan puasa suami ibu yang masih "egois" ini agar Tuhan pulihkan. Supaya bisa berpikir lebih dewasa bahwa kerja di Negeri C bukan tempat untuk bisa melupakan kenangan bersama selingkuhan lama. Suami harus sungguh bertobat dan kembali kepada Tuhan. Itu jalan untuk tidak lagi ingat dengan kenikmatan dosa lama.

Kesempatan sudah pernah ibu diberikan dan suami ulang-ulang jatuh ke dalam hal yang sama. Jadi, saran saya yang paling utama adalah ibu sungguh doakan suami. Mohon belas kasihan Tuhan supaya suami bisa dewasa. Selain itu jangan terpancing dengan intimidasi dari suami. Terus doakan dan ambil waktu puasa.

Demikian tanggapan dari kami. Tuhan memberkati.

Salam : Pdt. Esther J. Rey

DOAKANLAH

  1. Bersyukur untuk sumbangan yang diterima dari Ibu Gan May Kwee di Solo sejumlah Rp 450.000,- dari Ibu Paulina Susanti di Tangerang sejumlah Rp 1.100.000,- dan dari NN untuk menyicil faktur di Literatur SAAT sebesar Rp 1.000.000,-.
  2. Bersyukur pertengahan bulan Januari 2018 buku Telaga-5 yang berjudul "Sampai Hari Tuaku" telah terbit dan terjual beberapa buku.
  3. Bersyukur dan tetap doakan untuk Radio SKKK di Ambon, setelah melalui beberapa pembahasan mulai 1 Pebruari 2018 akan mencoba siaran online dan rencananya program Telaga disiarkan setiap hari pukul 19.00 WIT.
  4. Bersyukur untuk keperluan 1 monitor yang rusak terkena petir pada bulan Desember 2017 yang lalu, Sdri. Ferra Pasandaran telah memberikan 1 monitor miliknya untuk dipakai oleh TELAGA.
  5. Bersyukur pengeditan rekaman video berjudul "Bila Anak Bercerai" yang dilakukan oleh Bp. Yahya A.P.Gunawan sudah selesai, tinggal pengemasannya dan pengunggahan akan dilakukan oleh Sdr. Jethro Elia. Doakan untuk hal ini.
  6. Bersyukur atas kerja keras tim SABDA, Aplikasi Konseling yang awalnya disebut "He Cares" telah selesai. Aplikasi Konseling ini berdasarkan kebenaran Firman Allah untuk menolong orang mencari jawaban atas berbagai masalah dan pertanyaan dalam hidup.
  7. Doakan untuk rekaman lanjutan yang akan diadakan dalam bulan Pebruari dan Maret 2017 oleh Ev. Sindunata Kurniawan sebagai narasumber.
  8. Doakan juga apabila memungkinkan dalam 2 bulan ini diadakan rekaman dengan Bp. Heman Elia sebagai narasumber, sehingga 22 radio yang menunggu kiriman terbaru bisa terpenuhi dalam bulan-bulan mendatang.
  9. Doakan untuk rencana penerbitan buku "Panduan Bijak Berpacaran Sehat", bekerjasama dengan pihak Literatur SAAT.
  10. Doakan untuk rencana penerbitan buku Telaga-6 yang berjudul "Sayang dan Berharga", bekerjasama dengan C.V. Evernity Fisher Media.
  11. Doakan untuk rencana pembuatan katalog berdasarkan kategori yang desainnya akan dikerjakan oleh Sdri. Ferra Pasandaran, agar supaya lebih menarik.
  12. Bersyukur untuk donasi yang diterima dalam bulan ini dari donatur tetap, yaitu :
    003 – Rp 1.000.000,- untuk 5 bulan
    006 – Rp 250.000,- untuk 2 bulan
    011 – Rp 150.000,-


Masa tua adalah fase khusus yang penuh dengan perubahan dan tantangan, baik soal diri sendiri maupun soal hubungan dengan pasangan dan anak cucu. Kumpulan artikel ini dibukukan untuk menolong pembaca mempersiapkan diri memasuki masa tua dan terus percaya bahwa Tuhan menyertai sampai rambut memutih. Buku ini memuat tujuh (7) artikel:

  • Sampai Hari Tuaku
  • Mempersiapkan Diri Memasuki Masa Lanjut Usia
  • Sepi di Hari Tua
  • Menjadi Tua
  • Masa Tua Tidak Selalu Indah
  • Relasi Orangtua dengan Anak di Hari Tua
  • Kakek, Nenek, dan Cucu
Harga: Rp 48.500,- .
Info dan pemesanan by email telaga@telaga.org