Belajar Kepemimpinan Musa

Versi printer-friendly
Desember

Berita Telaga Edisi No. 64 /Tahun VI/ Desember 2009


Diterbitkan oleh Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) Sekretariat: Jl.Cimanuk 56 Malang 65122 Telp.: 0341-408579, Fax.:0341-493645 Email: telagaindo.net.id Website: http://www.telaga.org Pelaksana: Melany N.T., Dewi K. Megawati Bank Account : BCA Cab. Malang No. 011.1658225 a.n. Melany E. Simon


Belajar Kepemimpinan MUSA

Dalam keluarga yang tidak sehat di mana relasi suami-istri buruk, masalah anak yang sekecil apa pun berpotensi untuk berkembang, akibat tidak adanya kerangka yang dapat menahan lajunya perkembangan masalah. Itu sebabnya peran pemimpin sangatlah penting. Di setiap organisasi bisa saja timbul masalah dan di setiap organisasi akan ada anggotanya yang memiliki keunikan serta berpotensi bermasalah, namun jika pemimpin berfungsi dengan efektif, maka masalah akan dapat ditangani dengan segera dan sehat. Musa harus memimpin umat Israel di dalam kondisi kehidupan yang sangat sulit dan untuk kurun waktu yang panjang. Ada baiknya kita menimba pelajaran dari pengalaman Musa ini.

Adanya Panggilan

Tuhan memanggil Musa dan mengutusnya untuk memimpin Israel keluar dari Mesir, “Jadi sekarang pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.” (Keluaran 3:10) Di sini kita bisa melihat bahwa kepemimpinan Musa berawal dari panggilan Tuhan. Empat puluh tahun sebelumnya Musa mencoba menyelamatkan bangsanya namun itu bukanlah waktu dan cara Tuhan. Bagi Musa, 40 tahun yang lalu sewaktu ia berada di Mesir adalah kesempatan terbaiknya, tetapi ternyata itu bukanlah waktu Tuhan. Dari sini kita bisa menimba satu pelajaran: Kesempatan tidak identik dengan waktu Tuhan! Kendati ada kesempatan, kita tidak boleh langsung berasumsi bahwa Tuhan menghendaki kita untuk melakukannya, apalagi dalam kapasitas memimpin. Terlalu banyak masalah muncul akibat ambisi pribadi untuk menduduki kursi kepemimpinan.

Adanya Misi

Bukan saja Tuhan memanggil Musa, Tuhan pun memberinya suatu tugas yaitu untuk membawa umat Tuhan keluar dari Mesir. Di ayat sebelumnya Tuhan menjelaskan kenapa Ia memanggil Musa, “Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. “ (Keluaran 3:9) Setiap orang yang dipanggil Tuhan untuk memimpin mesti melihat dan menyadari misi yang Tuhan embankan. Tanpa misi, kepemimpinan menjadi tanpa arah. Dalam tugas kepemimpinannya, seorang pemimpin harus jelas dengan misinya sehingga ia dapat mengarahkan dan membawa pengikutnya berjalan bersamanya sampai pada penggenapan misi itu. Banyak pemimpin memulai dengan misi yang jelas namun kemudian berubah santai. Jika tidak ada lagi misi, sebaiknya pemimpin mengundurkan diri agar Tuhan dapat memakai yang lain.

Adanya Kesiapan

Tuhan memilih Musa setelah mempersiapkannya terlebih dahulu. Pada penggalan pertama hidupnya, Musa digembleng ilmu kenegaraan dan peperangan di Mesir; pada penggalan kedua hidupnya Musa mengalami bentukan karakter yakni kasih dan kesabaran. Pada penggalan ketiga, barulah Tuhan memakai Musa. Seorang yang merasakan panggilan menjadi pemimpin haruslah melihat tangan Tuhan yang telah mempersiapkannya. Dan kita yang hendak memilih seorang pemimpin juga harus menilai kesiapan orang tersebut. Pada dasarnya kesiapan terdiri dari dua unsur: Kemampuan dan Karakter. Ada pemimpin yang memiliki kemampuan namun tidak memiliki karakter yang dibutuhkan. Ia akan merusak orang yang dipimpinnya. Sebaliknya, ada orang yang tidak memunyai kemampuan namun memunyai karakter yang mendukung. Ia akan menimbulkan kekacauan.

Adanya Kesalehan

Apa pun itu yang Musa lakukan, ia selalu mendasarinya atas Firman Tuhan. Sewaktu ia berhadapan dengan Firaun, ia menyampaikan Firman Tuhan. Sewaktu ia harus berhadapan dengan gejolak di tengah bangsanya, ia pun kembali kepada Firman Tuhan. Tidak heran kita melihat sebuah “dwi-kepemimpinan” yaitu Tuhan dan Musa. Pemimpin yang efektif berjalan di atas rel Firman Tuhan dan bergaul akrab dengan-Nya. Sewaktu pemimpin mulai jauh dari Tuhan, ia akan makin sering memunculkan gagasan yang berasal dari ambisi pribadi dan kehilangan sentuhan dengan kepentingan Tuhan. Ia makin sulit menerima masukan dari pihak lain karena ambisi pribadilah yang lebih berperan. Makin kita dekat dengan Tuhan, makin kita tidak menggenggam posisi maupun pendapat pribadi.

Adanya Kasih dan Ketegasan

Berulang kali Musa harus menghadapi pemberontakan bangsanya dan semua ia hadapi dengan kasih dan ketegasan. Ia mengasihi Israel; itu sebabnya ia melarang Tuhan memusnahkan bangsanya. Namun ia pun tegas kepada mereka yang bersalah; ia tidak ragu menghukum orang yang bersalah. Pemimpin yang tidak mengasihi pengikutnya akan terus memobilisasi mereka demi kepentingannya. Pemimpin yang mengasihi pengikutnya memikirkan kepentingan mereka dan bersedia berkorban bagi mereka. Sebaliknya, pemimpin yang tidak mengasihi justru terus meminta pengikutnya untuk berkorban seolah-olah bagi kepentingan bersama namun sesungguhnya untuk kepentingan pribadinya. Pemimpin juga mesti tegas; tanpa ketegasan ia akan menuai kekacauan. Sekali pemimpin tidak tegas, pengikut akan mulai kehilangan respek dan arah. Pada akhirnya pengikutnya akan berbuat sekehendak hati.

Oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi


Doakanlah
  1. Bersyukur selama tahun 2009 ada tambahan 7 radio yang bekerjasama menyiarkan program Telaga, yaitu radio di Kuala Pembuang (Kalteng), Pekalongan, Banyuwangi, Salatiga, Banjarmasin dan Madiun.
  2. Doakan untuk 6 booklet baru yang diterbitkan oleh Literatur SAAT, ternyata masih belum bisa selesai pada bulan Desember 2009.
  3. Bersyukur atas penyertaan Tuhan kepada Sdri. Shelfie Tjong (konselor) dalam studinya di Vancouver bergabung dengan Living Waters.
  4. Doakan untuk Sdri. Betty Tjipta Sari (konselor) yang merencanakan untuk studi lanjut di Eropa pada pertengahan tahun 2010.
  5. Doakan untuk pengadaan CD SABDA 3.0 final yang masih dalam proses. Juga untuk raker yang diadakan oleh staf YLSA pada awal tahun 2010.
  6. Doakan agar ada tambahan radio yang mau bekerjasama dengan Telaga pada tahun 2010.
  7. Doakan untuk Bp. Paul Gunadi dan Bp.Heman Elia dalam pembuatan 8 artikel yang akan diterbitkan oleh Literatur SAAT dalam tahun 2010.
  8. Bersyukur untuk keamanan sekitar Natal dan Tahun Baru.

Telaga Menjawab

Tanya:

Saya memiliki seorang adik wanita, adik paling kecil dari 7 bersaudara. Sebut saja A. Adik saya ini memiliki kekasih yang tidak seiman. Sebut saja kekasihnya B

Kami sekeluarga mengerti akan kasih Tuhan, mengerti Firman Tuhan dengan baik, terutama ayah kami sudah banyak menarik jiwa ke dalam Kristus. Bahkan kami juga terlibat dalam pelayanan, termasuk adik saya.

Karena perkembangan zaman free-sex lebih dikenal di kalangan pemuda saat ini, dan adik saya melakukannya bersama kekasihnya. Pada bulan ini dia akan melahirkan anak hasil hubungan terlarang dengan kekasihnya itu, oleh karena itu terpaksa adik saya diungsikan ke luar kota.

Sebelum kejadian tersebut, tidak penah lelah kami menasehati terutama orang tua kami. Dan pada saat usia kandungan masih muda, orang tua kami meminta pertanggung-jawaban dari pihak keluarga B. Dan orang tua pihak B dan saudara-saudaranya menolak untuk menikahkan kecuali mau menikah secara agamanya, karena orang tuanya juga aktivis. Namun ayahnya memberikan kelonggaran “Tidak mengapa menikah di gereja namun setelah itu dinikahkan secara agamanya juga.” Namun orang tua kami menolak. Hingga akhirnya adik saya diungsikan dan diminta untuk melupakan pacarnya itu karena setahu kami pacarnya itu pecandu narkoba, peminum dan juga perokok berat.

Sampai-sampai kami bertanya “Apa yang kamu harapkan dari dia?”

Ada beberapa hal yang ingin kami tanyakan:

Apakah ada lagi nasehat lain yang dapat Bapak berikan? Haruskah kami mengalah dengan menyetujui permintaan orang tua B?

Bagaimana jika pernikahan tersebut terpaksa dilaksanakan?

Jawab:

Kami memahami apa yang Ibu dan orang tua rasakan saat ini. Sebagai seorang kakak atau bahkan sebagai orang tua yang sungguh percaya kepada Tuhan Yesus, tidak mudah untuk membiarkan salah satu anggota keluarga kita yaitu adik yang dikasihi atau bahkan anak yang disayangi masuk dalam suatu wahana kehidupan yang berbeda dan yang tidak bisa kita terima. Ibu dan orang tua sudah melakukan hal yang terbaik yaitu berusaha memberi nasihat dan berdoa bahkan menyerahkan semuanya ke dalam tangan Tuhan.

Ibu, pada waktu anak masih kecil, tugas orang tua ialah mengasuh dan membesarkannya. Pada masa anak remaja, tugas orang tua adalah memantau dan mengarahkannya. Ketika anak beranjak dewasa, orang tua lebih berperan sebagai mitra atau rekan bagi si anak. Sudah tentu sebagai rekan, orang tua tidak memunyai otoritas menerapkan kehendaknya pada anak. Pilihan anak, betapapun buruknya, merupakan pilihan dan hak pribadinya.

Tugas kita terbatas pada memberinya nasehat, namun dialah yang akan mengambil keputusan akhir. Jadi dalam kasus yang dihadapi adik Ibu ini, setelah semua nasehat diberikan, Ibu dan orang tua mesti ikhlas membiarkan dia mengambil keputusan (yang salah) itu. Seperti perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15:11-32) memerlihatkan cara Tuhan menghadapi situasi yang mirip ini. Tuhan membiarkan anak itu pergi (keputusan anak yang salah) namun Tuhan menantikan anak itu kembali (dalam hal ini tugas Ibu ataupun orang tua untuk terus tidak bosan-bosan mendoakannya). Sewaktu anak itu bertobat, Tuhan menerimanya kembali (baik Ibu maupun orang tua siap menerima dia kembali).


Kisah di balik Peristiwa

ARTI EMAS, KEMENYAN DAN MUR

Kita membaca di Alkitab bahwa orang Majus dari Timur tidak datang dengan tangan kosong. Mereka datang dengan membawa persembahan. Tiga macam persembahan yang dibawa adalah emas, kemenyan dan mur. Dengan latar belakang intelektualitas orang Majus, mereka pasti tidak membawa hadiah yang sembarangan. Tiga persembahan yang mereka bawa ini pun memiliki makna. Apa makna dari ketiga benda tersebut?

  1. Emas. Seperti kita ketahui, emas adalah benda berharga, satu lambang kehormatan yang tentu saja sangat layak diterima seorang raja. Emas adalah simbol kemuliaan dari bayi kecil di palungan itu, yakni Sang Raja yang mau datang merendahkan diri sebagai manusia. Emas juga simbol dari kemurnian, Alkitab mencatat bahwa kita akan dimurnikan seperti emas.
  2. Kemenyan. Ini adalah wewangian yang kerap digunakan dalam upacara religius, termasuk yang digunakan imam di Kitab Keluaran. Arti dari kemenyan adalah bahwa Yesus sebagai Imam Besar. Dialah Putra Allah yang telah datang untuk mempersembahkan korban penebus dosa, yaitu diri-Nya sendiri.
  3. Mur. Mur juga adalah wewangian. Tapi, mur digunakan dalam upacara kematian, seperti untuk meminyaki mayat agar tidak bau. Ini tentu saya adalah lambang dari kematian yang akan dijalani Yesus di atas kayu salib. Mur adalah lambang cawan pahit yang harus diterima Yesus demi menebus dosa-dosa kita.

Dikutip dari HandBook Spirit Desember 09


Buku Tamu

Nama : Edi Sunarno
Gereja : Gereja Kristen Jawi Wetan jemaat Sindurejo, Kediri
Komentar : “Selamat Natal... Saya mengucapkan terima kasih buat Bapak pengasuh, karena saya banyak memperoleh tambahan dan bekal dalam pelayanan di jemaat. Dengan membaca banyak artikel dari TELAGA, saya dapat lebih bervariasi dalam pelayanan dan penyampaian firman Tuhan bagi warga jemaat. Semoga Tuhan Yesus Kristus tetap setia dan memberkati umat-Nya.”

Nama : Anas
Gereja : Katolik St. Maria Blitar
Komentar : “ Wah hebat.. telaga makin mantap aja. Terimakasih, kami sangat diberkati...

Nama : David Utama
Jabatan : Pelayan Musik di GPT Philadelphia, Surabaya
Komentar : “Saya pendengar setia Radio STAR FM, semoga pelayanan ini terus berkembang dan menjangkau orang-orang yang sangat membutuhkan, Tuhan memberkati !