Tugas Dan Tantangan Istri Gembala Sidang (I)

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T507A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Tidak banyak yang menyadari bahwa sesungguhnya tugas istri gembala sidang tidak kalah susahnya dengan tugas gembala sidang. Itu sebab pada kesempatan ini kita akan mengangkat topik yang berkaitan dengan tugas dan tantangan istri gembala sidang. Secara khusus kita akan melihat tugas dan tantangan istri gembala sidang yang berhubungan dengan Tuhan, suami, anak-anak dan gereja.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Kebanyakan kita mengetahui betapa tidak mudahnya tugas gembala sidang, tetapi saya kira, tidak banyak yang menyadari bahwa sesungguhnya tugas istri gembala sidang tidak kalah susahnya. Itu sebab pada kesempatan ini kita akan mengangkat topik yang berkaitan dengan tugas dan tantangan istri gembala sidang. Secara khusus kita akan melihat tugas dan tantangan istri gembala sidang yang berhubungan dengan Tuhan, suami, anak-anak dan gereja.

Tugas pertama istri gembala sidang adalah MEMELIHARA RELASI YANG AKRAB DENGAN TUHAN. Kadang karena tingginya tingkat kesibukan, kita bisa melalaikan bagian terpenting dalam hidup yaitu menghampiri Tuhan dan berdiam di hadapan-Nya. Sebagaimana Tuhan Kita Yesus mempunyai Getsemani—tempat di mana Ia bersekutu dengan Allah Bapa—kita pun harus memiliki Getsemani sendiri—tempat dan waktu di mana kita berdiam di hadapan-Nya, mendengarkan suara-Nya, dan membisikkan suara hati kita kepada-Nya.

  • Istri gembala sidang bukan saja berperan memberi dukungan kepada suami; sering kali ia pun berperan sebagai penasihat dan pemberi arah serta peneguhan kepada suami. Semua ini tidak bisa terlaksana dengan baik bila ia tidak berjalan dekat dengan Tuhan.

  • Istri gembala sidang adalah orang terdekat dengan suami, jadi, apa pun yang terjadi pada suami, akan memengaruhinya pula. Istri gembala sidang perlu memelihara hubungan yang erat dengan Tuhan agar ia pun sanggup menanggung beban pelayanan dan memberi respons yang bijak dan rohani terhadap situasi yang dihadapinya.

  • Istri gembala sidang adalah panutan dan secara tidak langsung, gembala jemaat pula; jadi, kehidupan rohani yang akrab dengan Tuhan mutlak diperlukan. Ini adalah otoritas rohaninya; lewat kehidupan rohani yang sehat dan akrab dengan Tuhan ia menebarkan berkat kepada jemaat. Sebaliknya, bila ia tidak menjaga hubungan dengan Tuhan, ia dapat jatuh dan malah menebarkan masalah, yang akan merugikan pelayanan suaminya. Sebaliknya, bila ia memelihara hubungan dengan Tuhan, acap kali ia justru dipakai Tuhan untuk menyeimbangi kelemahan suami.

Berkenaan dengan tugas memelihara hubungan yang erat dengan Tuhan, ada satu TANTANGAN yang kerap datang menyerang istri gembala, dan itu, tidak lain tidak bukan, adalah KEKHAWATIRAN. Pada umumnya istri gembala menanggung beban untuk mengurus keperluan keluarga. Jadi, ia lebih berhadapan dengan kebutuhan ekonomi keluarga.

Di samping kebutuhan, ia pun memunyai keinginan yang wajar bagi anak-anaknya, misalkan bersekolah di sekolah yang baik. Kita tahu bahwa semua ini memerlukan uang dan tidak bisa tidak, ini dapat menjadi tekanan sekaligus sumber kekhawatiran. Ditambah dengan ketidakpastian akan sumber penghasilan pada hari tua, semua ini bisa menambah kekhawatiran. Dan, kita tahu kekhawatiran mengganggu hubungan kita dengan Tuhan !

Itu sebab istri gembala harus bergumul melawan kekhawatiran, setidaknya dengan tiga cara berikut ini. Pertama, ia harus BERIMAN; ia mesti menyerahkan segala kekhawatirannya kepada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan akan dan sanggup memelihara hidupnya sampai tua nanti. Kedua, ia mesti MENERIMA KONDISI yang Tuhan tetapkan baginya. Mungkin ia tidak dapat mewujudkan keinginannya agar anak bersekolah di sekolah yang bermutu tinggi; mungkin ia harus menerima fakta bahwa hidupnya akan seperti ini untuk suatu waktu yang lama. Dan ketiga, ia perlu BERSYUKUR untuk pemeliharaan Tuhan atas hidupnya. Tuhan telah setia dan Ia akan terus memeliharanya. Selama ini apa yang dibutuhkan telah Tuhan sediakan, jadi, ia dapat mengingat perbuatan Tuhan dan menaikkan syukur kepada-Nya.

Tugas kedua istri gembala sidang adalah MEMELIHARA HUBUNGAN YANG INTIM DENGAN SUAMI. Memang sudah seyogianyalah suami pun berupaya keras memelihara hubungan yang intim dengan istri namun oleh karena tuntutan pelayanan, kadang tugas ini tidak selalu mudah untuk dilakukan. Itu sebab mau tidak mau tugas ini sering kali jatuh pada pundak istri. Daripada mengeluh dan akhirnya menimbulkan lebih banyak masalah, lebih baik istri gembala melakukannya dengan ikhlas.

  • Idealnya suami mendahulukan istri ketimbang jemaat yang dilayaninya. Namun kadang prioritas ini tidak mudah dilaksanakan secara konsisten. Tuntutan pelayanan memang bukan masalah mati-hidup tetapi tidak bisa disangkal, keberhasilan memenuhi tuntutan pelayanan mempengaruhi keefektifan pelayanan itu sendiri. Beda antara yang "harus" dan yang "diharapkan" tipis dan tidak selalu jelas; itu sebab, sering kali gembala sidang terpaksa (walau dengan rela) memenuhinya. Nah, di sini diperlukan pengertian dari istri gembala sidang. Pada saat rencana keluarga batal karena adanya kepentingan jemaat yang mendesak, istri gembala bukan saja tidak mengeluh, ia pun perlu menyemangati suami untuk melakukan tugasnya dan berdoa baginya.

  • Kunci untuk memelihara hubungan yang intim dengan suami adalah keflesibelan dalam memanfaatkan waktu bersama, baik yang direncanakan atau tidak. Sudah tentu adalah baik bila jauh hari sebelumnya direncanakan waktu berlibur, di mana suami-istri dapat menghabiskan waktu bersama. Namun oleh karena ini tidak dapat dilakukan terlalu sering, manfaatkan waktu luang yang muncul untuk pergi bersama atau beraktivitas bersama. Berinisiatiflah untuk mengajak suami pergi bersantai atau menghabiskan waktu berdua. Kebersamaan yang singkat dan spontan akan mengeratkan relasi.

  • Istri gembala juga dapat memelihara hubungan yang intim dengan suaminya lewat penguasaan diri. Istri gembala perlu menyadari bahwa tugas penggembalaan mengharuskan suami untuk terlibat dalam dua pelayanan yang berlangsung terus menerus yaitu pengajaran Firman dan persoalan hidup jemaat. Oleh karena setiap minggu ia harus mempersiapkan pemberitaan Firman, tidak bisa tidak, hidupnya dipengaruhi oleh tuntutan persiapan ini. Sering kali ia harus memikirkan apa yang mesti disampaikannya dan ini akan menyita perhatiannya. Kedua, suaminya mesti terlibat dalam persoalan hidup jemaat. Tidak bisa tidak, ini pun menyita perhatiannya. Itu sebab, jika ada masalah yang mesti dibicarakan, sebaiknya istri memilih waktu yang tepat sebab, konflik atau pembicaraan yang tidak berakhir baik akan mempengaruhi suasana hati gembala. Betapa tidak mudahnya mempersiapkan Firman atau melayani jemaat menghadapi persoalan hidupnya jika suasana hati sedang tidak sejahtera. Jadi, bersikap bijaklah dalam memilih waktu untuk membicarakan masalah keluarga.

  • Istri adalah rekan terdekat gembala sidang; singkat kata, tidak ada orang yang mengenal gembala sidang sebaik dan sebanyak istri. Ia tahu apakah suami hidup dekat dan taat dengan Tuhan atau tidak; ia tahu apakah suami mulai menjauh darinya; ia pun tahu apakah suami tengah bermain api dengan dosa. Istri gembala perlu menyampaikan apa yang dilihatnya kepada suami; dengan kata lain ia harus menjadi Nabi Natan bagi Daud. Ingat, istri gembala harus mempercayai suami tetapi ia pun harus mengawasi suami.

Salah satu TANTANGAN yang kerap mesti dihadapi oleh istri gembala adalah keinginan untuk HIDUP "NORMAL," dalam pengertian, sama seperti orang lain. Ia ingin mempunyai suami yang dapat mencurahkan perhatiannya kepada keluarga, sama seperti suami lainnya. Ia pun ingin baik dirinya maupun suami memiliki privasi sehingga dapat hidup lebih bebas, tanpa gangguan permohonan tolong atau celaan, dan sebagainya. Kita dapat mengerti betapa wajarnya keinginan ini. Namun pada akhirnya istri gembala harus menyadari bahwa tugas melayani sebagai gembala sidang adalah sebuah tugas yang unik, yang membuat kehidupan gembala sidang tidak lagi sama dengan kehidupan orang banyak. Sebagai istri ia pun harus membayar harga yang sama mahalnya. Ia harus melawan godaan untuk cemburu atau perasaan disisihkan dan merasa diri tidak berharga. Jadi, daripada terus mendambakan kehidupan yang "normal," lebih baik istri gembala berupaya untuk menikmati hidup di dalam situasi yang unik ini. Ia tidak akan dapat menjadi seperti orang lain, jadi, berhentilah berharap situasi akan berubah. Sebaliknya, galilah kenikmatan hidup di dalam keterbatasan hidup dan jalanilah hidup ini sebagai panggilan Tuhan atas dirinya.