Tidak Lagi Menyatu

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T244A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Pada awal pernikahan umunya kita berusaha merajut tali temali yang dapat mengikat kita berdua, misalnya pergi nonton berdua dan lain-lain. Dengan berjalannya waktu dan hadirnya anak, kebanyakan hal-hal yang tadinya kita lakukan tidak lagi dapat kita lakukan. Sebagai akibatnya, relasi nikah pun makin perpaut dan komunikasi menjadi kesukaran tersendiri. Bukannya makin intim, kita malah merasa makin asing terhadap satu sama lain. Perubahan seperti apakah yang kerap terjadi dan apakah yang dapat kita lakukan untuk menanggulanginya?

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pada awal pernikahan umunya kita berusaha merajut tali temali yang dapat mengikat kita berdua, misalnya pergi nonton berdua, makan malam berdua, mengunjungi tempat wisata tertentu, dan lainnya. Dengan berjalannya waktu dan hadirnya anak, kebanyakan hal-hal yang tadinya kita lakukan tidak lagi dapat kita lakukan. Sebagai akibatnya, relasi nikah pun makin perpaut dan komunikasi menjadi kesukaran tersendiri. Bukannya makin intim, kita malah merasa makin asing terhadap satu sama lain. Perubahan seperti apakah yang kerap terjadi dan apakah yang dapat kita lakukan untuk menanggulanginya?

Pertama, memang betul aktivitas bersama akan mengikat relasi. Dengan kata lain, berkurangnya aktivitas bersama cenderung menghilangkan ikatan keintiman di antara kita. Pada akhirnya kita pun mulai mengadobsi aktivitas baru yang belum tentu disukai pasangan. begitu hobi dan minat makin berbeda, akan makin terpisah pulalah hubungan kita

Sudah tentu tidak mungkin bagi kita untuk terus hanya melakukan hal-hal yang biasa kita lakukan bersama. Dengan berjalannya waktu, sangatlah mungkin bagi kita untuk mengembangkan minat pada hal-hal yang belum tentu menjadi minat pasangan. Sungguhpun demikian, pengembangan minat mestilah senantiasa dikonsultasikan dengan pasangan sehingga bukan saja pasangan mengetahui perkembangan minat kita, ia pun merasa dihormati dan diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat.

Pada akhirnya prinsip yang mesti diterapkan di sini adalah, apakah minat dan aktivitas baru itu akan menumbangkan keseimbangan pembagian waktu dan perhatian atau tidak. Jadi, kita meminta waktu mesti bersedia mengurangi tuntutannya, sedangkan yang memberi waktu harus fleksibel untuk menambahkan pemberiannya.

Kedua, dunia kerja yang berlainan pada akhirnya mempengaruhi perkembangan hidup serta menciptakan perbedaan dalam cara pandang dan nilai hidup. Jadi, seorang yang introvert yang dikondisikan pekerjaannya untuk menjadi lebih agresif dalam memasarkan produknya daat berubah menjadi lebih ekstrovert. Jika tadinya ia takut mengutarakan pendapat, sekarang ia menjadi lebih berani.

Sebaliknya, seseorang yang tadinya ekstrovert mungkin saja berubah menjadi introvert akibat tuntutan pekerjaan yang menuntut kehati-hatian dan introspeksi yang dalam. Ia mulai kehilangan spontanitasnya dan tidak lagi seekspresif dulu.

Atau akibat tuntutan membesarkan anak, akhirnya seorang ibu dengan mudah berubah menjadi pragmatis dan kehilangan pemikiran yang mendalam. Perhatiannya lebih tertuju pada hal-hal praktis seperti apakah anak sudah makan dan mandi, apakah sudah belajar atau belum dan sebagainya. Sebaliknya mungkin saja suaminya berubah menjadi lebih filosofis tentang hidup akibat kondisi dan tuntutan pekerjaannya.

Dalam kasus ini, baik suami maupun istri mesti berusaha menyisakan bagian dalam dirinya yang tetap sama sehingga keduanya masih dapat berjumpa di dalam lingkaran yang sama ini. Kita harus menyadari bahwa pasangan mengenal diri kita yang lama dan yang membuatnya jatuh cinta pada kita adalah bagian yang lama itu. Jadi, sedapatnya pertahankanlah bagian yang telah menarik pasangan dengan kita.

Sebaliknya, kita juga harus "Menyosialisasikan" perkembangan diri kita kepada pasangan agar ia dapat mengikuti perubahan yang tengah terjadi pada diri kita. Bagikanlah perubahan ini tanpa harus menuntutnya untuk menjadi seperti kita. Ceritakanlah alur pikir kita mengapa sampai kita melihat susuatu dari sudut pandang itu. Sekali lagi, janganlah menuntutnya untuk berubah. Katakanlah bahwa kita hanya ingin membagikan perkembangan hidup kita agar ia dapat mengikuti perkembangan ini.

Firman Tuhan: Hendaklah kami sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentigan sendiri... " (Filipi 2:2-3)