Rasa Bersalah Orangtua

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T109A
Nara Sumber: 
Heman Elia, M.Psi.
Abstrak: 

Rasa bersalah yang tepat bisa kita katakan sebagai rasa bersalah yang realistis, tapi juga ada rasa bersalah yang tidak atau kurang tepat. Akibat kesalahan atau rasa bersalah yang realistis pun bisa juga membawa dampak yang merugikan maupun menguntungkan.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Dalam mendidik anak, kita selalu menghadapi rasa bersalah ketika terjadi sesuatu pada anak kita. Apakah rasa bersalah ini ada manfaatnya atau justru merugikan ketika kita menghadapi anak?

Rasa bersalah akan membawa manfaat dan dapat pula merugikan. Secara kasar rasa bersalah dapat dibagi menjadi dua. Pertama, rasa bersalah realistis, dan kedua rasa bersalah yang tidak realitstis. Kedua jenis rasa bersalah ini dapat membawa kita memperlakukan anak secara baik, ataupun sebaliknya, kurang sesuai dengan prinsip mendidik yang baik dan sehat.

Yang perlu kita lakukan kalau timbul rasa bersalah dalam diri kita:

  1. Kita perlu menyadari apakah rasa bersalah ini, kita harus menyadari bahwa ini rasa bersalahdan tindakan kita disebabkan oleh rasa bersalah ini.

  2. Lalu kita harus mengontrol dan mengukur kadar rasa bersalah ini. Terutama kita pikirkan apa tujuan dari tindakan kita, apakah tindakan kita ini berlebihan sebagai reaksi terhadap rasa bersalah itu ataukah tindakan kita sebetulnya cukup memadai, bukan sekadar menebus rasa bersalah tetapi bagaimana kita tetap melakukan suatu cara untuk mendidik dan memikirkan akan masa depan anak.

Ada dua cara mengenali rasa bersalah yang timbul dalam diri kita yaitu:

  1. Rasa bersalah yang realistis. Jadi memang terjadi kesalahan pada diri kita dan akibat dari kesalahan ini membuat anak menderita sesuatu.

  2. Rasa bersalah yang kurang realistis. Dalam arti ada anak yang melakukan kesalahan, tapi kita tidak mengoreksinya tapi justru kita menanggung kesalahan anak atau mengambil beban tanggung jawab yang seharusnya itu adalah beban anak. Rasa bersalah ini akan membuat anak menjadi semakin tidak mandiri dan kalau anak peka, anak bisa mempermainkan rasa bersalahnya orangtua untuk kepentingan anak.

Bagaimana supaya rasa bersalah itu seimbang atau proporsional yaitu:

  1. Kita harus menyadari apa yang seharusnya mulai menjadi beban tanggung jawab anak dan mana yang menjadi tanggung jawab kita sebagai orang tua.

  2. Membedakan antara apa yang sungguh-sungguh menjadi kebutuhan anak dan yang seharusnya kita penuhi dan mana sebetulnya keinginannya yang didasarkan pada ketidakmatangan.

  3. Meminta anak bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahannya sendiri. Contoh, anak tidak mau belajar, kadang-kadang anak perlu mengalami konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya, misalnya kemudian anak mendapat nilai jelek.

Jadi letak rasa bersalah yang realistis dengan yang tidak realistis itu terletak pada tanggung jawab yang proporsional atas suatu kesalahan. Bila kesalahan itu dibuat oleh orang tua dan orang tua merasa bersalah ini adalah rasa bersalah yang realistis. Sebaliknya bisa kesalahan itu dibuat oleh anak dan orang tua tidak berani mengoreksinya karena merasa bahwa itu adalah dampak dari perbuatan orang tua itu sendiri, berarti itu rasa bersalah yang tidak realistis.

Mazmur 51:14-15, "Bangkitkanlah kembali kepadaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu."

Jadi kalau kita mempunyai rasa bersalah, tidak dengan sendirinya kita harus berhenti di dalam mengajarkan anak-anak kita, justru kita harus bangkit kembali dan melakukan tugas mendidik anak-anak kita.