Perjodohan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T024B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Kita belajar tentang siapa atau criteria yang bagaimana yang Tuhan kehendaki untuk menjadi pasangan hidup kita. Perjodohan memang di tangan Tuhan tetapi dalam prosesnya kita harus memperhatikan 3 hal yang disampaikan dalam topik ini.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Ada beberapa faktor yang membuat pernikahan pada masa lalu itu langgeng dibandingkan dengan pernikahan pada zaman sekarang.

  1. Faktor tekanan sosial, jadi pada masa dulu itu lingkup di mana kita tinggal, orang-orang di sekitar kita mempunyai pengaruh yang kuat terhadap tindakan kita. Jadi kalau lingkup kita itu tidak menyetujui yang kita lakukan kita lebih tertekan untuk melakukannya karena pada umumnya pada masa lampau kita masih hidup dalam sistem komunal atau sistem di mana kita ini cukup terkait dengan orang lain. Sekarang kita ini lebih individual, orang tidak lagi terlalu mengenal siapa yang tinggal di sebelah mereka, akibatnya kita juga tidak terlalu tunduk pada sorotan masyarakat seperti dulu.

  2. Karena kehidupan masa lalu lebih simpel, sekarang hidup jauh lebih komplek dibandingkan dahulu.

Kita perlu menyadari bahwa Alkitab tidak memberikan kita kriteria yang spesifik tentang jodoh kita bahkan kalau kita melihat dengan saksama Alkitab tidak secara langsung menceritakan kisah di mana Tuhan menentukan jodoh orang. Dalam cerita Alkitab hanya satu saja di mana Tuhan turut turun tangan secara langsung dalam menentukan jodoh yaitu pada kisah Ishak, tetapi yang lainnya tidak. Seolah-olah Tuhan memberikan kebebasan kepada anak manusia untuk memilih jodohnya.

Prinsip-prinsip atau kriteria yang Tuhan tentukan tentang pasangan hidup bagi kita:

  1. 2Korintus 5 : 17, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." Sebagai orang kristen kita harus bersanding dengan orang yang sudah mengalami kelahiran baru. I Korintus 7 : 39, "Istri terikat selama suaminya hidup, kalau suaminya telah meninggal ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya asal orang itu adalah seorang yang percaya." Sekali lagi ini ditekankan bahwa Tuhan menghendaki kita menikah dengan sesama orang yang percaya.

  2. Kita diberikan kebebasan menikah dengan siapa saja yang kita kehendaki artinya sesuai dengan selera kita.

  3. Prinsip ketiga diambil dari Kejadian 2 yaitu pilihlah istri atau suami yang juga sepadan dengan kita, yang cocok, yang pas. Ini menyangkut kecocokan sifat dan karakteristik.

Dalam prosesnya kita terus-menerus meminta pimpinan Tuhan sebab di kitab Yakobus mengatakan siapa yang tidak punya hikmat mintalah hikmat kepada Tuhan. Jadi dalam masa berpacaran kita perlu meminta hikmat Tuhan agar bisa melihat dengan jelas, apakah orang ini cocok atau tidak dengan kita meskipun seiman, meskipun sesuai selera kita tapi kalau tidak cocok bukan kehendak Tuhan. Perjodohan memang di tangan Tuhan itu betul, tapi dalam prosesnya Tuhan meminta kita memperhatikan ketiga hal ini.

Usia yang cocok untuk mulai berpacaran adalah usia perguruan tinggi, usia kuliah, jangan di bawah karena di bawah usia perkuliahan sebetulnya masih dalam masa remaja. Dan masa remaja adalah masa pembentukan diri remaja, remaja masih mencari-cari jati diri dan di saat itulah remaja juga bergaul dengan luas sehingga anak remaja mengenal orang-orang juga dengan luas. Setelah mengenal dengan luas barulah akhirnya mereka siap untuk memulai hubungan yang lebih eksklusif yaitu berdua. Jadi waktu memasuki hubungan eksklusif itu mereka merasakan juga siap karena sudah cukup mengenal orang lain.