Pengaruh Kekerasan terhadap Kehidupan Kita

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T029B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Kekerasan dapat merupakan penyataan atau wujud atau juga ekspresi dari tekad membela kepentingan. Dan hal ini juga akan sangat berpengaruh khususnya terhadap anak-anak.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Dampak kekerasan yang terjadi di masyarakat bisa mengakibatkan anak-anak kita menjadi:

  1. Orang-orang yang mementingkan diri sendiri. Kekerasan sebetulnya merupakan pernyataan atau wujud dari tekad membela kepentingan, jadi kalau kita dihadapkan atau hidup di tengah-tengah masyarakat yang makin hari makin keras ada suatu kemungkinan si anak yang kita besarkan ini bisa bertumbuh besar menjadi anak-anak yang egois yang hanya memikirkan kepentingan sendiri dan akhirnya mempunyai sifat yang keras.

  2. Menjadi anak yang akhirnya mengekspresikan kemarahannya dengan kekerasan.

Bagi anak-anak yang dalam keadaan terdesak dengan kekerasan, apa yang seharusnya kita sarankan sebagai orangtua:

  1. Kita perlu menekankan kepada anak bahwa kita boleh melindungi diri, dalam pengertian kita bisa bersikap tegas, kita tidak usah agresif, kasar menghantam orang, memukul orang, tidak usah ketus dengan kata-kata kita tidak perlu, tapi kita mengajarkan anak kita untuk bersikap tegas. Jadi tidak perlu keras tapi tegas itu yang kita ajarkan.

  2. Untuk anak-anak yang berjiwa keras, kita perlu lebih waspada yaitu kita tegaskan kepada dia bahwa waktu engkau pukul anak lain engkau berdosa kepada Tuhan. Yang perlu engkau lakukan adalah engkau bersikap tegas kepada temanmu, engkau tidak menginjak dia.

  3. Untuk anak-anak yang jiwanya lemah lembut dalam menghadapi kekerasan. Yang perlu kita lakukan adalah kita harus membela, memberikan perlindungandan kita memastikan bahwa dia itu aman. Jadi kita perlu memberikan perlindungan ekstra kepadanya sehingga dia akan merasa lebih aman.

Sebagai seorang kristen dalam menghadapi kekerasan, yang perlu kita lakukan adalah:

  1. Terhadap kehilangan harta, kita bisa mengingat reaksi Ayub sewaktu hartanya semua habis dan dia akhirnya jatuh miskin, tidak punya apa-apa. Ucapan yang keluar dari mulutnya adalah Tuhan yang memberi, maka Tuhan bisa mengambil dengan kata lain kita menyadari seperti Ayub, kita datang ke dunia tanpa membawa apapun jadi kita akan meninggalkan dunia tanpa membawa apapun. Jadi sikap atau perspektif yang benar tentang harta menolong kita menghadapi kehilangan, kalau tidak memang akan menimbulkan pukulan yang berat, stres yang sangat berat.

  2. Terhadap kerugian pada tubuh, mengalami luka. Kita harus menekankan bahwa yang paling penting dalam hidup adalah bukan tubuh tapi roh kita, jiwa kita. Kita perlu mengerti tentang kemenangan di dalam Tuhan, kemenangan ini bukan berarti kita akan menjadi orang yang selalu kaya, selalu berhasil, selalu dilindungi dari segala mara bahaya, yang dimaksud adalah sewaktu semua atau segala hal terjadi pada diri kita, kita bisa merespons dengan sikap yang Kristus kehendaki yaitu kita merespons seperti Kristus merespons terhadap apa yang dialami. Sewaktu Dia disalib, disiksa, dipukul Dia terima. Jadi reaksi itulah yang perlu kita miliki dan sewaktu itu kita miliki kita bisa berkata menang, kita menang. jadi kemenangan bukan berarti kemenangan fisik, jadi meski tubuh kita terluka atau cidera kita harus berkata tidak apa-apa, ini sementara yang penting adalah roh saya, apakah roh saya cacat juga ataukah roh saya dapat menang melawan semuanya.

Matius 5 : 38, "Kamu telah mendengar Firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu."

Ayat 46, "Apabila engkau mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."