Nikah Tetapi Terpisah

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T476A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Jalan hidup tidak selalu lancar dan lurus. Kadang kita harus siap menghadapi tantangan yang membuat hidup beralih arah. Untuk mengatasi tantangan hidup, kadang suami-istri terpaksa hidup terpisah bukan saja berbulan-bulan tetapi juga bertahun-tahun. Berikut akan dipaparkan beberapa pengamatan dan masukan bagi mereka yang terpaksa harus hidup nikah tetapi terpisah.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Jalan hidup tidak selalu lancar dan lurus. Kadang kita harus siap menghadapi tantangan yang membuat hidup beralih arah. Salah satu tantangan yang kadang mengunjungi keluarga adalah kesulitan ekonomi. Untuk mengatasinya, suami-istri terpaksa hidup terpisah guna mencari nafkah. Tidak jarang perpisahan berlangsung bukan saja berbulan-bulan tetapi juga bertahun-tahun. Sudah tentu kondisi kehidupan seperti ini tidak ideal dan rawan terhadap ancaman yang dapat mengganggu relasi nikah. Berikut akan dipaparkan beberapa pengamatan dan masukan bagi mereka yang terpaksa harus hidup nikah tetapi terpisah.

  • Pertama, hiduplah dekat dengan Tuhan dan anak-anak Tuhan. Pencobaan dapat datang kapan saja dan di mana saja tetapi sering kali pencobaan datang tatkala kita hidup jauh dari Tuhan dan dari sesama anak-anak Tuhan. Jadi, berdoalah dan bacalah Firman Tuhan secara teratur. Utamakanlah hadir dalam kebaktian dan sedapatnya terlibatlah dalam pelayanan gerejawi.
  • Kedua, batasilah dan pilihlah pergaulan yang sehat. Dalam kondisi sepi, kita mudah terseret arus dunia dan akhirnya bergaul sembarangan dengan teman-teman yang membawa pengaruh buruk. Akhirnya kita mulai mengisi waktu dengan aktivitas yang berdosa.
  • Ketiga, disiplin diri untuk hanya berbagi suka dan duka dengan pasangan, walau hanya lewat media elektronik. Berhati-hatilah untuk tidak memulai relasi yang intim dengan seseorang sebab dalam kondisi terpisah, kita mudah jatuh hati dan akhirnya jatuh ke dalam dosa.
  • Keempat, disiplin diri untuk berkomunikasi dengan pasangan dan anak-anak sesering mungkin. Memang komunikasi lewat media elektronik tidak sama dengan hidup bersama keluarga tetapi komunikasi yang terbuka dapat mengurangi dampak buruk perpisahan. Jadilah pendengar yang baik; bertanyalah bukan untuk menghakimi melainkan untuk mendengarkan. Bagikanlah pengalaman menarik dan pengalaman yang sulit, supaya semua mengetahui keadaan masing-masing dan dapat saling mendoakan.
  • Kelima, tegaskanlah kepada anak bahwa kita tetap adalah ayah dan ibunya. Kita pergi bukan untuk bersenang-senang tetapi justru untuk membuat hidup mereka sedikit lebih senang. Selalu tekankan kepada anak bahwa kondisi kehidupan seperti ini memang tidak ideal dan bahwa kita tidak menikmatinya. Selalu katakan bahwa kerinduan kita adalah kembali hidup bersamanya. Nah, dalam masa perpisahan ini kita tidak berhenti menjadi ayah dan ibu. Kita akan terus mengikuti perkembangan di rumah dan tetap berfungsi sebagai orang tua. Jangan ragu untuk menegur anak bila memang itulah yang diperlukan.
  • Keenam, jangan berikan janji yang tidak dapat kita tepati. Jika kita belum tahu kapan kita kembali, jangan berikan janji untuk sekadar menyenangkan hati. Jika kita dapat pulang berlibur, katakan kepada anak bahwa kita mengerti bahwa kepulangan kita membuat mereka merasa senang sekaligus sedih. Kita tahu mereka senang menyambut kita di rumah tetapi sedih karena memikirkan bahwa mereka harus berpisah lagi dengan kita. Sampaikan kepada mereka, bahwa kita memahami perasaan yang bercampur ini. Namun, ajak mereka untuk memfokuskan perhatian pada waktu kebersamaan ini. Buatlah rencana dan sedapatnya, tepati janji sesuai rencana yang telah dibuat pada masa pulang berlibur.
  • Ketujuh, pada saat kita kembali hidup bersama keluarga, berilah waktu penyesuaian yang lama. Jangan memaksakan kehendak bahwa semua harus kembali seperti sedia kala. Ingat, hidup terus berjalan dan keluarga harus mengisi kekosongan yang kita tinggalkan dulu. Kita tidak boleh menuntut keluarga untuk meniadakan hidup yang telah mereka bangun tanpa kita di samping mereka dulu.

Nasihat Firman Tuhan dari Amsal 22:1 mengingatkan, "Nama baik lebih baik daripada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik daripada perak dan emas." Di dalam perpisahan, ingatlah nasihat Firman Tuhan ini: Jagalah nama baik dan jagalah kasih! Jangan sampai kita melakukan perbuatan yang merusak nama baik dan membuat pasangan dan anak-anak tidak dapat mengasihi kita lagi. Sudah tentu, jagalahlah nama baik Tuhan dan jangan mendukakan hati Yesus, Juruselamat Kita.