Menghukum Anak

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T120A
Nara Sumber: 
Heman Elia, M.Psi.
Abstrak: 

Orang tua kadang-kadang harus menghukum anak walau itu dilakukan dengan hati yang berat, tetapi menghukum anak itu bukan saja perlu tapi harus. Karena hukuman ini adalah semacam paksaan bagi anak supaya anak tunduk pada aturan dan otorita. Tanpa adanya hukuman wibawa orangtua tidak mungkin dapat dibangun.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Orang tua kadang-kadang harus menghukum anak walau itu dilakukan dengan hati yang berat. Tetapi menghukum anak itu bukan saja perlu tetapi harus. Karena hukuman ini adalah semacam paksaan bagi anak supaya anak tunduk pada aturan dan otorita. Tanpa adanya hukuman wibawa orang tua tidak mungkin dapat dibangun.

Anak akan menganggap sepele peraturan atau didikan yang ditetapkan orang tuanya, kalau peraturan itu tanpa sanksi atau hukuman itu ibarat polisi tanpa senjata, nah anak tidak akan segan melanggar peraturan yang demikian.

Tujuan akhir dari kita mendidik atau menghukum anak adalah supaya anak bisa menyadari, bertanggung jawab dan mandiri, bisa mengontrol dirinya sendiri. Wibawa orang tua sebetulnya tidak bisa dibangun hanya dengan hukuman saja, jadi orang tua menghukum anak tidak dengan sendirinya orang tua itu menjadi berwibawa.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan supaya orang tua dapat menjaga wibawanya yaitu:

  1. Orang tua itu dapat memberikan teladan yang baik, hidupnya tertib

  2. Tindakannya konsekuen dengan apa yang diucapkannya, dan juga

  3. Dapat menghargai anak serta

  4. Dapat menghukum anak sepadan dengan perbuatannya.

Cara menghukum anak supaya anak mengerti peraturan yang telah ditetapkan di rumah adalah:

  1. Sebagai orang tua kita perlu tentukan dulu aturan yang ingin kita tegakkan.
    Perlu kita meyakinkan diri sendiri bahwa:

    1. Peraturan ini hendaknya sudah mampu dipahami oleh anak dan kita yakin bahwa ia sanggup menjalankannya.

    2. Peraturan ini jangan terlalu rumit atau terlalu banyak, cukup sederhana saja dan ada konsekuensi yang menyenangkan.

  2. Beritahukan secara jelas konsekuensi yang bakal diterimanya bila ia melanggar peraturan yang kita tetapkan serta juga konsekuensi menyenangkan bila ia menaatinya. Berikan peringatan lebih dulu sebelum peraturan itu dijalankan.

  3. Pastikan anak telah terpenuhi kebutuhannya sebelum peraturan itu diterapkan. Pelanggarannya adakalanya terjadi bukan karena anak sengaja melanggar, melainkan karena ada kebutuhannya yang tak terpenuhi, misalnya kebutuhan akan perhatian orangtua dan kebutuhan akan rasa aman.

Anak ada kalanya terus-menerus melakukan hal yang dilarang sekalipun telah memperoleh hukuman, dikarenakan:

  1. Kemungkinan anak kita tergolong sebagai anak yang lebih sulit dan memerlukan tindakan disiplin orang tua yang lebih tegas.

  2. Kemungkinan sanksi yang kita berikan terlalu ringan dan anak lebih menikmati hasil pelanggaran yang dilakukannya dibandingkan dengan hukuman ringan yang harus ditanggungnya.

  3. Anak tidak memperoleh larangan kita ketika ia melakukan pelanggaran untuk pertama kalinya. Mungkin sudah terjadi sedemikian banyak pelanggaran sebelum kita menetapkan peraturan, sehingga tingkah laku itu sudah terlanjur menjadi kebiasaan.

Ibrani 12:7-8, "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." Ini adalah contoh ganjaran atau juga didikan yang dilakukan oleh Allah kepada anak-anak-Nya yang dianalogikan dengan orang tua kita atau kita sendiri sebagai orangtua terhadap anak-anak kita.