Mengatasi Konflik dalam Rumah Tangga

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T068A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Konflik sudah menjadi suatu pengalaman bagi setiap keluarga, namun topik ini diangkat bagi kita pasangan Kristen untuk lebih dapat menghadapi atau mengatasi konflik itu sendiri. Baik penyebabnya apa dan penanggulangannya bagaimana.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Hampir kebanyakan konflik mempunyai satu tema yang serupa, yaitu bahwa kita merasa pasangan kita tidak lagi seperti yang kita harapkan atau dengan kata lain kalau saya gunakan satu kalimat kita berkta: "Engkau tidak hidup seperti yang aku harapkan."

Yang seharusnya dikomunikasikan untuk mengurangi tingkat konflik:

  1. Seyogyanya sebelum menikah, suami dan istri mulai membicarakan apa-apa yang diharapkan, sehingga harapan-harapan itu dikomunikasikan dan mulai untuk dicoba dipenuhi, kalau tidak bisa dipenuhi ya akan dicoba disesuaikan atau dikompromikan.

Ada dua jenis harapan :
  1. Harapan muncul dari yang disebut idealisme. Kita membawa harapan yang bersumber dari hal-hal yang kita memang semestinya kita dapati atau temukan dalam pernikahan. Contoh idealisme:

    1. Kita berkata seharusnya seorang suami berlaku seperti ini atau kita berkata seharusnya seorang istri bersikap seperti ini, ini adalah idealisme kita tentang apa yang seharusnya menjadi perilaku perbuatan atau sikap seorang suami atau istri.

    2. Konflik seharusnya diselesaikan malam ini juga

    3. Atau seharusnya anak-anak kita jadi anak yang membuahkan harapan.

  2. Kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan emosional yang kita miliki sebetulnya memerlukan pemenuhan. Kita ingin dikasihi, ingin merasa dihargai atau kita ingin merasa penting, bisa melakukan atau memberikan sumbangsih kepada pasangan kita. Nah semua ini adalah kebutuhan-kebutuhan yang kita bawa, jadi misalnya munculnya dalam bentuk kata-kata seperti misalnya seharusnyalah engkau tidak melukaiku.

Untuk mengatasi konflik yang sudah benar-benar muncul dalam hubungan suami-istri adalah sbb:

  1. Kita mesti menyadari bahwa konflik terjadi tatkala harapan berubah menjadi tuntutan. Maksud saya kita mesti mempelajari atau menyadari anatomi konflik itu sendiri. Yang jadi metode penyelesaiannya adalah Galatia 6:1, "Saudara-saudara kalaupun seorang kedapatan melakukan pelanggaran maka kamu yang rohani harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh yang lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri supaya kamu juga jangan kena pencobaan."
    Saya mau menerapkan konsep ini ke dalam keluarga, jadi maksud saya adalah pasangan kita atau anak kita bisa jatuh, bisa gagal memenuhi tuntutan kita. Nah apa yang perlu kita lakukan sewaktu kita menemukan pasangan atau anak kita bisa jatuh:

    1. Tuhan meminta kita harus memimpin orang itu ke jalan yang benar, istilah medisnya merestorasi, memulihkan atau mengembalikan ke keadaan semula. Tuhan meminta kita untuk meluruskan orang yang gagal hidupnya sesuatu dengan harapan yang kita minta darinya.

    2. Tuhan memberikan syaratnya, siapa yang boleh memimpin orang ke jalan yang benar. Tuhan berkata orang yang rohani, Galatia 5:22,23 yaitu orang yang mempunyai buah Roh misalnya kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri serta ay. 25 "Jika kita hidup oleh Roh baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh." Jadi orang yang rohani adalah orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh.