Mencabut Duri Pernikahan

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T223B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Firman Tuhan mengajarkan kepada wanita untuk tunduk kepada suami dan mewajibkan suami untuk mengasihi istrinya (Efesus 5:21-25). Bagian ini membahas mengenai duri, duri merupakan konflik dalam pernikahan maka cabutlah duri selagi masih kecil; jangan biarkan duri menusuk makin dalam sehingga pada akhirnya susah dikeluarkan dari daging.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Firman Tuhan mengajarkan kepada wanita untuk tunduk kepada suami dan mewajibkan suami untuk mengasihi istrinya (Efesus 5:21-25). Tuhan tahu kebutuhan mendasar pria dan wanita dan Tuhan telah menyediakan resep untuk membangun rumah tangga yang sehat. Masalahnya adalah kita tidak selalu menaati kehendak Tuhan dan sebagai akibatnya, rumah tangga pun mulai retak. Berikut ini akan dipaparkan duri yang kerap muncul dalam pernikahan dan bagaimana menghilangkannya.

Tunduk kepada Suami

Salah satu hal yang paling tidak disukai suami adalah sikap istri yang tidak dapat lagi "diaturnya." Kebutuhan mendasar pria adalah mengatur wanita; jadi kebutuhan ini pulalah yang dibawanya ke dalam pernikahan. Sesungguhnya kebanyakan pria tidak menuntut istri untuk tunduk kepadanya secara membabi buta. Saya kira kebanyakan pria justru mendambakan istri yang mandiri dan dapat berpikir serta memutuskan masalah sendiri. Saya melihat justru kebanyakan pria tidak menyukai wanita yang tidak bisa mandiri dan yang selalu membutuhkan pertolongannya.

Sungguhpun demikian pada umumnya pria menginginkan istri yang dapat "diaturnya" dalam pengertian, sewaktu ia bicara, istri tidak dengan serta merta mengabaikan dan menolak masukannya. Kebanyakan pria tidak berkeberatan dengan istri yang dapat mengemukakan pendapatnya sendiri, namun pria menginginkan agar istri bersedia mendengarkan perkataannya terlebih dahulu.

Sewaktu pria menganggap bahwa istri tidak lagi dapat diaturnya, ia akan mulai menarik diri. Ia akan bersikap masa bodoh sebab ia menganggap percuma ia mengatakan apa-apa sebab istri toh tidak akan mendengarkannya. Jika ini terus berlanjut, pernikahan pun retak.

Mengasihi Istri

Sesungguhnya kebanyakan wanita tidak menuntut suami untuk terus menerus melimpahkan kasih sayang kepadanya. Saya kira wanita memahami bahwa permintaan seperti itu tidak realistik dan tidak selayaknya. Itu sebabnya kebanyakan wanita justru merasa risih dengan pria yang terlalu "mengobral" cinta; kebanyakan wanita beranggapan sikap seperti itu menjurus kepada kepalsuan.

Jadi, kasih yang seperti apakah yang diharapkan wanita dari pria? Pada dasarnya wanita paling tidak suka dengan pria yang bersikap dan berbuat "seenaknya." Saya kira tidak ada sikap yang lebih sering diasosiasikan dengan "kurang mengasihi" selain daripada sikap seenaknya. Itu sebabnya istri merasa sangat terganggu bila suami pulang malam tanpa memberi tahu terlebih dahulu, atau tidak mengkonsultasikan rencana dengan istri, dan lainnya. Bagi kebanyakan istri, sikap seperti inilah yang pada akhirnya dikaitkan dengan "tidak mengasihi."

Bila sikap ini terus berlangsung, istri biasanya merasa tawar hati. Ia akan merasa "percuma" berbuat baik dan menghormati suami sebab suami toh tidak mempertimbangkan perasaan dan dirinya. Pada titik inilah duri mulai menusuk dan pernikahan pun mulai berdarah.

Kesimpulan

Sesungguhnya untuk membangun pernikahan yang penuh ketundukan dan kasih sayang tidak sesukar yang kita bayangkan. Cabutlah duri selagi masih kecil; jangan biarkan duri menusuk makin dalam sehingga pada akhirnya susah dikeluarkan dari daging.