Komunikasi dalam Keluarga

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T325A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Komunikasi dalam keluarga dapat disamakan dengan peran jantung dalam tubuh. Sama seperti jantung yang memompa darah ke seantero tubuh, komunikasi memompa kehidupan ke seantero keluarga. Jadi, seberapa sehatnya keluarga dapat diukur dari berapa sehatnya komunikasi dalam keluarga itu. Untuk itu kita perlu berkomunikasi guna memberi dorongan, guna mengungkapkan kasih dan kepedulian. Bagaimana caranya ? Di sini akan diulas secara praktis mengenai hal itu.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Peran komunikasi dalam keluarga dapat disamakan dengan peran jantung dalam tubuh. Sama seperti jantung yang memompa darah ke seantero tubuh, komunikasi memompa KEHIDUPAN ke seantero keluarga. Jadi, berapa sehatnya keluarga dapat diukur dari berapa sehatnya komunikasi dalam keluarga itu.

Makna Komunikasi yang Sesungguhnya
  • Kata "komunikasi" berasal dari kata, koinonia, yang berarti persekutuan dalam arti terdalamnya, yakni berbagi hidup sehingga menjadi suatu kesatuan.
  • Jadi, fungsi komunikasi yang sesungguhnya adalah penyatuan.
Namun, pada kenyataannya lebih sering kita berkomunikasi untuk hal-hal berikut ini:
  • Ingin mengetahui (maka kita bertanya)
  • Ingin orang mengetahui (maka kita bercerita)
  • Ingin memprotes (maka kita berdebat)
  • Ingin menegur (maka kita mengoreksi)
  • Ingin mempengaruhi orang (maka kita membujuk)
  • Ingin membenarkan diri (maka kita menjelaskan)
Tetapi, bagaimanakah dengan:
  • Ingin membangun dan memberi dorongan ?
  • Ingin mengungkapkan kasih dan kepedulian ?
Berapa seringnyakah kita berkomunikasi dengan tujuan tersebut di atas ?
Berapa besar persentase kita berkomunikasi dengan tujuan seperti itu ?

Apa penyebabnya, mengapa tidak mudah bagi kita berkomunikasi untuk membangun dan menyatakan kasih kepada satu sama lain ?

Pada umumnya penyebabnya adalah pengaruh masa lalu, seperti:
  • Kita direndahkan (menjadikan kita mudah tersinggung).
  • Kita dikritik (menjadikan kita mudah defensif).
  • Kita didiamkan (membuat kita menyimpan perasaan di hati)
  • Kita dimarahi (membuat kita mudah memarahi orang)

Jadi, masa lalu yang buruk:
Membuat kita lebih memfokuskan pada apa yang SALAH tentang diri kita, bukan pada apa yang benar tentang diri kita. Sebagai akibatnya, dalam berkomunikasi kita akhirnya berbuat yang sama: Lebih memfokuskan pada apa yang salah tentang orang, daripada apa yang BENAR tentang orang.

Berkomunikasi yang baik
Pada prinsipnya, kita cenderung berkomunikasi bila:
  • Kita mengetahui bahwa kita sungguh DIKASIHI atau setidaknya, dianggap penting.
  • Kita mengetahui bahwa apa yang kita katakan akan didengarkan dan DITINDAKLANJUTI.
  • Kita mengetahui bahwa kita akan BELAJAR sesuatu atau memeroleh sesuatu yang berguna untuk pertumbuhan diri kita.
Jadi, kita cenderung tidak berkomunikasi bila:
  • Kita TIDAK merasa dikasihi atau dianggap penting.
  • Kita TIDAK yakin bahwa apa yang disampaikan telah didengarkan atau ditindaklanjuti.
  • Kita TIDAK belajar atau memeroleh sesuatu yang berguna untuk pertumbuhan diri.
Nasihat Firman Tuhan dari Efesus 4:25-29
  • Mengatakan "Yang Benar" dan Mengatakan "Dengan Benar."
  • Menjadi sarana KASIH KARUNIA TUHAN.
Pada waktu ini dilakukan, maka:
  • Lebih cepat dan mudah untuk MENYELARASKAN persepsi dan perbedaan.
  • Lebih dapat mempertahankan TALI pengikat di antara kita.
  • Lebih efektif untuk memberi arahan kepada yang BENAR.