Kepribadian Antisosial

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T518B
Nara Sumber: 
Ev. Sindunata Kurniawan, M.K.
Abstrak: 
Gangguan kepribadian antisosial dialami orang dewasa yang pada masa kecilnya melihat perilaku yang menyimpang. Pengalaman penderitaan masa kanak-kanak memainkan peran utama memengaruhi kecenderungan menjadi orang dewasa yang antisosial. Ketidakdisiplinan juga menjadi penyebab utama. Ketika orangtua mengombang-ambingkan anak dengan kekerasan yang tidak beralasan dan disiplin yang tidak konsisten, orangtua seakan-akan memberi pesan yang membingungkan anak tentang apa yang baik dan apa yang salah. Orang dengan gangguan kepribadian antisosial tidak dapat berubah dengan cepat.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Diperkirakan 40-75% orang yang berada di penjara mengalami gangguan kepribadian antisosial. Sebagian orang beranggapan prialah yang umumnya antisosial. Faktanya dalam jumlah yang besar wanita juga mengalami dan menghabiskan waktu yang sangat lama dalam penjara sebagai narapidana. Tetapi tidak semua orang antisosial adalah seorang penjahat. Bagi sebagian besar orang, tingkat antisosial ditunjukkan dengan tindakan yang tidak hanya berhubungan dengan kekerasan, seperti masalah dalam pekerjaan, masalah dalam hubungan intim, dan keagresifan.

Diagnosis
Gangguan Kepribadian Antisosial dialami orang dewasa yang di masa kecilnya melihat perilaku yang menyimpang dan pada usia 15 tahun telah memperlihatkan suatu pola yang telah mendarah daging untuk tidak menghormati hak orang lain dan melanggarnya seperti yang diindikasikan berikut.
  1. Cepat marah dan agresif, misalnya perkelahian atau penyerangan yang berulang-ulang
  2. Tindakan penyerangan yang berulang-ulang sebagai penyebab masuk penjara
  3. Ketidakjujuran seperti berbohong, pemalsuan identitas, menipu orang lain demi keuntungan dan kesenangan pribadi
  4. Impulsif dan gagal dalam membuat rencana masa depan
  5. Tidak menghargai keselamatan diri sendiri dan orang lain
  6. Selalu tidak bertanggung jawab seperti berulang kali gagal dalam melakukan pekerjaan
  7. Kurang akan rasa penyesalan seperti tidak menyukai atau memperlakukan orang lain dengan buruk
Penyebab
Penelitian melalui studi terhadap hampir 200 pria dan wanita yang mengadopsi anak yang terpisah dari orangtua biologisnya sesaat setelah dilahirkan, ditemukan bahwa faktor keturunan memberi sumbangsih.
Anak-anak yang agresif seringkali gagal dalam pendidikan, akhirnya terlibat dalam perilaku berisiko tinggi termasuk kehamilan di masa remaja, lalu menempatkan anak mereka pada risiko kemiskinan dan kurangnya pengasuhan.
Penelitian lain menemukan ketidakdisiplinan akan menjadi penyebab utama. Ketika orangtua mengombang-ambingkan anak dengan kekerasan yang tidak beralasan dan ketidakkonsistenan disiplin, orangtua seakan memberikan pesan yang membingungkan kepada anak tentang apa yag baik dan apa yang salah.
Penelitian lain menemukan pengalaman penderitaan pada masa kanak-kanak memainkan peran utama dalam mempengaruhi kecenderungan menjadi orang dewasa yang antisosial. Orang dewasa yang diabaikan di masa kanak-kanak, hampir 50% ditahan karena kejahatan kekerasan.
Penelitian lain, anak yang mengalami kekurangan gizi pada usia 3 tahun terlihat lebih agresif dan aktif pada saat mereka tumbuh. Lebih cenderung memiliki gangguan perilaku.
Penanganan
Orang dengan gangguan kepribadian antisosial tidak dapat berubah dengan cepat. Sesungguhnya, mereka tidak suka untuk mencari sendiri bantuan profesional karena menganggap tidak ada alasan untuk berubah. Jikapun pergi ke psikolog atau konselor, seringkali hanya karena diperintahkan pihak berwajib. Jika pun dijalani, bisa berpura-pura kooperatif. Maka psikolog tak bisa terlalu optimis. Maka, hanya akan mengubah perilakunya, ketika mereka menyadari kesalahan yang mereka lakukan. Maka, tujuan terapi psikologis adalah bukan untuk membantu merasa lebih baik, tetapi untuk lebih memperburuk perasaan terhadap diri sendiri dan situasi yang dihadapi. Maka psikolog akan memakai pendekatan konfrontatif untuk memperlihatkan ketidakpercayaan akan kebohongan yang dibuat klien. Kelompok terapi sangat membantu dalam proses tersebut. Ketika klien muncul menyesal dan merasa bersalah akan perilakunya, diikuti perasaan putus asa dan sedih yang harapannya dapat menghantar perubahan perilaku.