Gejolak Pertumbuhan Remaja 1

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T103A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Masa remaja adalah masa di mana seseorang membentuk atau mulai membangun siapa dirinya atau jati dirinya.

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Masa remaja adalah masa di mana seseorang membentuk atau mulai membangun siapa dirinya atau jati dirinya.

Perbedaan masa kanak-kanak dengan masa remaja adalah:

  1. Secara fisik anak remaja sudah mengalami beberapa perubahan hormonal misalkan munculnya hormon-hormon seksual yang membuat mereka itu menjadi makhluk atau menjadi manusia yang harus bergumul dengan gejolak seksualnya.

  2. Mereka makin dewasa pola pikirnya bertambah abstrak, pola pikir ini membuat mereka mempertanyakan nilai-nilai yang mereka telah anut sebelumnya.

  3. Para remaja juga mudah sekali mengikuti trend, mengikuti apa yang sedang 'in' di kalangan mereka. Dan mungkin sekali apa yang sedang 'in' atau trend itu tidak cocok dengan yang kita sukai akibatnya sering kali terjadi pertengkaran, membuat hubungan orang tua-anak sering kali tegang.

Yang dikatakan remaja, dipandang dari segi usia adalah anak usia sekitar 11 - 12 tahun hingga usia sekitar 20 tahun.

Sekurang-kurangnya ada 3 tahapan yang harus dilewati oleh seorang remaja:

  1. Usia sekitar 12 - 14 tahun. Pada tahap ini pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan diri secara jasmaniah. Biasanya yang menjadi masalah adalah dia tidak menyukai bagian-bagian tubuhnya atau dia tidak bisa menerima dirinya apa adanya. Kegagalan untuk bisa menerima diri secara fisik, bisa membuahkan kekurangpercayaan diri.

  2. Usia sekitar 15 - 18 tahun. Pada usia ini pergumulan remaja biasanya berkaitan dengan penerimaan lingkungan teman-temannya terhadap dirinya ini. Apakah teman-temannya bisa menerimanya sebagai seseorang yang masuk dalam kelompok mereka. Ini sering kali menjadi dilema buat kita sebagai orang tua, karena adakalanya kelompok anak akan memaksakan anak kita melakukan hal-hal yang kita tidak setujui. Nah kita harus berhati-hati dengan respons kita sebagai orang tua, adakalanya kita terlalu terburu-buru memisahkan anak dari lingkungannya sehingga anak itu tidak pernah benar-benar bergumul dengan tantangan yang ada di depannya atau ada anak yang justru kebalikannya terjun masuk ke dalam kelompoknya dan menanggalkan nilai-nilai supaya teman-teman bisa menerimanya.

  3. Usia 19 tahun hingga 20 atau 21 tahun. Ini memang sudah tumpang tindih dengan tahapan dewasa awal, sebab memang transisinya masuk ke tahapan dewasa awal. Pergumulan remaja pada tahap ini berkisar pada kemampuan pribadinya membangun karier. Jadi pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi pergumulannya adalah mampukah saya masuk ke sekolah tertentu, mampukah saya masuk ke jurusan yang saya inginkan. Atau kalau dia ingin bekerja, mampukah saya memulai pekerjaan saya, mampu tidak saya meniti karier saya. Pada tahap ini ada 2 kata yang perlu diperhatikan oleh para remaja yaitu :

    1. kata kemampuan dan
    2. kata kesempatan

Tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama dan tidak seorang pun mempunyai kesempatan yang sama.

Ada tiga kemungkinan penyebab yang membuat remaja akhirnya menemui jalan buntu, dia tidak tahu mau sekolah apa.

  1. Adakalanya remaja mempunyai kemampuan yang terlalu besar, banyak beragam, nah dia mungkin mengalami kebingungan mau pilih yang mana.

  2. Dia tidak menyadari dia bisa apa, dia tidak tahu dia mampu di mana, sebab yang dia tahu semuanya dia tidak suka dan semuanya dia tidak bisa.

  3. Kasus yang ketiga, dia sebetulnya tahu dia bisa apa, tapi dia bisa itu bukan hal yang dia sukai, karena dia menganggap yang dia bisa itu hal yang tidak dihormati atau hal yang tidak begitu dihargai oleh masyarakat atau yang dia bisa itu tidak bisa menghasilkan uang dengan cepat.

Dalam hal ini bimbingan orang tua yang sangat penting, bukan sekolah atau guru tapi orang tua dari sejak anak masih jauh lebih muda, jauh lebih kecil orang tua sudah mulai memantulkan pada anak apa yang menjadi bakat dan kemampuan si anak.

Peran kita sebagai orang tua adalah:

  1. Orang tua harus mengenal anaknya dengan baik, sehingga dia bisa melihat anaknya itu dengan tepat. Kemampuannya apa, bisanya apa kira-kira pengarahan seperti apa.

  2. Orang tua mesti memiliki hubungan yang baik dengan anak, ini penting sekali sebab mustahil anak mendengar orang tua kalau hubungannya dengan orang tua tidak positif. Hubungan yang baik juga adalah wadah di mana anak lebih berani untuk mengemukakan pergumulannya, ketidakbahagiaannya, ketertekanannya, penderitaannya.

  3. Si anak juga mesti mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhan, jadi bukan saja orang tua kenal anak dengan baik, orang tua dekat dengan anak, tapi si anak perlu dekat dengan Tuhan, itu bekal yang sangat penting sekali, tanpa itu tidak bisa maju.

Bagi remaja yang perlu dilakukan adalah:

  1. Berdamai, berdamai pertama dengan keterbatasan fisik. Berdamai artinya terima fisikmu seperti itu memang terbatas tidak usah malu, tidak usah dilebih-lebihkan.

  2. Berdamai dengan keterbatasan teman, artinya ada teman yang akan terima, ada teman yang tidak akan terima kamu, gara-gara kamu misalnya Minggu mau ke gereja kamu tidak bisa pergi dengan teman-teman, ada sebagian yang tidak menjadi temanmu dan terimalah itu tidak apa-apa.

  3. Berdamai dengan keterbatasan kemampuan dan kesempatanmu.

Mazmur 139:16, "Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya." Firman Tuhan menegaskan kita dibentuk oleh Tuhan, dibuat oleh Tuhan, mata Tuhan melihat kita selagi kita bukan saja anak, waktu kita bakal anak belum menjadi anak. Firman Tuhan menegaskan Dialah yang menciptakan kita jadi Tuhan tidak membuat kesalahan. Mungkin tubuh kita tidak pas, mata kita, hidung kita, telinga kita tidak pas, mungkin juga kita tidak terlalu pas diterima teman-teman tapi ingat bahwa Tuhan tidak membuat kesalahan.

Mazmur 125:1, "Orang-orang yang percaya kepada Tuhan adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selama-lamanya." Percayakan masa depanmu kepada Tuhan.