Cemburu 2

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T169B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 

Lanjutan dari T169A

Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Cemburu adalah campuran perasaan marah dan takut yang bersumber dari adanya ancaman akan kehilangan orang yang dikasihi. Kedua perasaan ini-marah dan takut----merupakan perasaan yang kuat. Tidak heran cemburu membuahkan reaksi yang keras pula. Tidak jarang cemburu berakhir dengan pertengkaran hebat yang merusakkan sendi pernikahan.

Penyebab Cemburu

  1. Masalah kepribadian yang posesif:

    • Harus mengontrol pasangan karena merasa tidak aman.
    • Dihantui oleh kecemasan bahwa pasangannya akan mengkhianatinya.
    • Penuh kecurigaan.
    • Mungkin mempunyai latar belakang pengkhianatan.

    Penanganan:

    • Harus menetapkan batas-sampai seberapa jauh ia dapat mengontrol pasangan.
    • Setiap tuduhan harus dibuktikan secara konkret.
    • Melimpahkan kasih.
    • Hidup transparan-menutupi satu perbuatan dapat berakibat fatal.
  2. Masalah kepribadian narsisistik:

    • Mengangggap diri sebagai pusat perhatian pasangan.
    • Menuntut pasangan selalu memberi perhatian tak terbagi kepadanya.
    • Penuh kecurigaan.
    • Mungkin mempunyai latar belakang haus akan kasih atau kebalikannya, sangat dimanja.

    Penanganan:

    • Menolak untuk terus memberi perhatian tak terbagi dari awal relasi.
    • Sejak mula, biasakan untuk memberi perhatian kepada pihak lain pula, jangan membiarkan diri masuk ke dalam belenggu tuntutan yang tidak realistik ini.
    • Hidup transparan-menutupi satu perbuatan dapat berakibat fatal.
  3. Mempunyai pasangan yang terlalu bebas bergaul dengan teman lawan jenis:

    • Kedekatan dengan lawan jenis biasanya membangkitkan ketakutan kalau-kalau relasi ini berlanjut.

    Penanganan:

    • Menetapkan batas dalam relasi dengan lawan jenis.
    • Jangan menggunakan dalih: Tidak ada apa-apa.

    Firman Tuhan:
    Siapa bersih kelakuannya aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui. (Amsal 10:9)

  4. Akibat pengkhianatan:

    • Ini adalah kecumburuan berdasar karena telah terjadi pengkhianatan.

    Penanganan

    • Pihak yang bersalah harus meminta maaf-bukan sekali, tetapi berkali-kali.
    • Pihak yang bersalah harus mengizinkan dan menerima kemarahan pasangan yang tengah terluka.
    • Pihak yang bersalah harus memutuskan semua tali relasi dengan rekan selingkuh.
    • Pihak yang bersalah harus hidup transparan dan siap mempertanggungjawabkan setiap keberadaan dan perbuatannya.
    • Pihak yang dilukai harus memberi maaf-bukan sekali, melainkan berkali-kali.
    • Dalam mengekspresikan kemarahan, pihak yang dilukai harus tetap menjaga batas.
    • Pihak yang dilukai harus kembali kepada fakta dan bukan perasaan belaka dalam menilai kejujuran pasangannya.
    • Keduanya seyogyanya mencari bantuan konselor untuk menolong mereka melalui masa yang terjal ini. Kadang mereka tidak dapat lagi berkomunkasi karena komunikasi akhirnya menjadi ajang peluapan emosi. Di sini diperlukan kehadiran pihak konselor untuk menjembatani merekaa sehingga komunikasi tidak terputus.
    • Keduanya harus menyelesaikan masalah akarnya. Tidak jarang perselingkuhan berhulu dari relasi yang buruk; ini perlu dibereskan dengan tuntas.
    • Keduanya harus berkomitmen untuk tetap bersama betapapun sulit perjalanan yang akan dilalui.
    • Keduanya mesti kembali kepada Tuhan. Dengarlah suara-Nya dan taatilah kehendak-Nya. Jangan turuti keinginan daging seperti membalas selingkuh dengan selingkuh atau berupaya menyakiti pasangan. Ingat, pembalasan adalah hak Tuhan. Masa yang sulit ini tidak dapat dilalui tanpa kuasa Tuhan yang ajaib.
    • Cemburu digantikan bukan dengan masa bodoh melainkan dengan iman kepada Tuhan yang berkuasa. Ia mengawasi dan akan mengejar dosa yang tersembunyi.

Firman Tuhan:

Karena segala jalan orang terbuka di depan mata Tuhan, dan segala langkah orang diawasinya (Amsal 5:21)

Demikian juga orang yang menghampiri istri sesamanya; tiada seorang pun yang menjamahnya luput dari hukuman. (Amsal 6:29)

Karena cemburu adalah geram seorang laki-laki, ia tidak kenal belas kasihan pada hari pembalasan dendam. (Amsal 6:34)