Anakku Bipolar

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T477B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Satu gangguan yang tampaknya makin hari makin menggejala, yaitu gangguan bipolar. Berikut akan dipaparkan definisi dan ciri-ciri penderita bipolar, dampak apa saja yang ditimbulkannya, dan apa yang dapat diperbuat oleh orangtua anak bipolar.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan
Saya yakin, jika kita bertanya kepada semua ibu yang mengandung, apakah yang mereka harapkan, semua akan menjawab, mereka berharap anak lahir sehat. Itu sebab dapat dibayangkan betapa hancur hati ibu—dan juga ayah—bila mendapati ternyata anak lahir tidak sehat. Pada kesempatan ini kita akan membahas satu gangguan yang kadang menyerang keluarga, yaitu gangguan bipolar.

Definisi dan Ciri Anak yang Bipolar
Gangguan bipolar ditandai oleh AYUNAN EMOSI YANG EKSTREM dari atas ke bawah dan begitu seterusnya. Pada saat berada di "atas" atau manik, si penderita menjadi sangat aktif, bertenaga, bersemangat, percaya diri, banyak ide, kreatif, dan cenderung impulsif—bertindak tanpa berpikir panjang. Pada saat terayun ke "bawah" si penderita menjadi kebalikannya: pasif, lemas, kehilangan semangat, mudah putus asa, meragukan diri, tumpul, tidak mau melakukan apa-apa, dan berpikir negatif. Periode ini disebut depresi.

Pada masa kanak-kanak, gangguan bipolar sering kali menampakkan dirinya dalam bentuk PELUAPAN EMOSI YANG TAK TERKENDALI. Sewaktu marah, anak tidak cukup mengeluarkan kemarahan lewat perkataan, ia pun harus berteriak-teriak atau melampiaskannya lewat kekerasan seperti memukul atau membenturkan kepala. Apa pun yang orang tua katakan untuk menenangkannya, tidak membuahkan hasil. Ia harus melampiaskannya terlebih dahulu sebelum ia reda. Pada masa kecil biasanya anak tidak memerlihatkan depresinya namun makin anak bertumbuh dewasa, makin ia menampakkan ayunan emosinya dari manik ke depresi secara berkala.

Hal lain yang sering tampak pada anak penderita bipolar adalah pola pikir dan perilakunya yang OBSESIF DAN KOMPULSIF. Pada umumnya untuk suatu waktu ia akan "tergila-gila" pada sesuatu dan semangatnya untuk melakukan atau mendapatkannya tidak lagi terbendung. Masalahnya adalah, apa pun itu, pada akhirnya ia akan bosan dan tidak lagi menginginkannya.

Dampak Pada Keluarga
  • Tidak bisa tidak, anak penderita bipolar akan menyita perhatian orang tua dan memberi TEKANAN YANG BESAR pada keluarga. Akhirnya orang tua terpaksa meluluskan permintaannya untuk mencegah perilakunya yang ektrem dan mengganggu. Masalahnya adalah, makin dituruti, makin egois si anak, dan makin sulit ia mengekang keinginannya.
  • Pada masa anak mulai remaja, perilaku anak yang tak terkendali sering kali menimbulkan MASALAH, BAIK SECARA MORIL MAUPUN MATERIL. Anak penderita bipolar dapat mencederai orang tua—biasanya ibu—dan saudaranya. Tidak jarang, ia pun dapat menimbulkan kerugian materil yang besar, misalkan dengan menumpukkan utang atau menimbulkan kerusakan.
  • Anak yang lain dalam keluarga dapat merasa TERABAIKAN dan dinomorduakan sebab orang tua terus memberi perhatian kepada anak penderita bipolar. Orang tua sering pula menuntut anak yang lain untuk menolong si penderita bipolar atau menolong orang tua menanganinya.
  • Pada akhirnya semua ini menimbulkan tekanan yang besar pada hubungan suami istri dan pada anak-anak. Tidak jarang relasi keluarga menjadi RENGGANG dan suami istri sering konflik dan saling menyalahkan
Apa Yang Dapat Diperbuat Orang tua
  • Jika perilakunya terlalu ekstrem dan mengganggu, sebaiknya kita membawanya ke psikiater untuk mendapatkan PENGOBATAN. Lewat obat, perilaku yang ekstrem dan pemikiran yang obsesif-kompulsif dapat dikendalikan.
  • Pada dasarnya langkah PENCEGAHAN adalah langkah terbaik. Jika kita melihat ia mulai kesal, ajaklah bicara dan tanyakanlah apa penyebabnya. Atau, bila kita melihat bahwa ia akan meluapkan kemarahannya, dengan tegas berikan peringatan supaya ia tidak melakukannya. Singkat kata, kita mesti melatihnya untuk mengekspresikan perasaannya lewat perkataan dan mengendalikannya secara lebih baik.
  • Sewaktu anak sudah mulai remaja, kita mesti menjelaskan kepadanya bahwa semua gejala ini merupakan KEUNIKANNYA. Namun sama seperti keunikan lainnya, ia mesti mengendalikan dan memakainya secara konstruktif. Jika tidak, keunikan ini justru akan menghancurkannya.
  • Kita mesti mengajak anak untuk MENERIMA bukan saja keterbatasannya tetapi juga penanganannya. Jika emosinya terus berayun atau perilakunya menjadi tak terkendali, ia mesti mengkonsumsi obat secara teratur dan seumur hidup. Penolakan atau penyangkalan hanyalah memperparah masalah. Justru bila ia menerima, ia akan dapat bersumbangsih besar dalam hidup sebab kebanyakan penderita adalah orang yang kreatif.
  • Pada akhirnya kita pun harus meneropong semua ini dari lensa rohani. Masalah bipolar bukanlah masalah sesaat; masalah ini adalah masalah seumur hidup. Baru saja kita tidur tenang, kita harus terbangun kembali dan mengurus masalah anak. Akhirnya kita letih dan kita bertanya kepada Tuhan, "Mengapakah Ia memberikan anak seperti ini kepada kita?" Kita pun tidak mengerti mengapa Tuhan tidak kunjung menyembuhkannya. Mazmur 139:13 mengingatkan, "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku." Tuhan tidak membuat kesalahan; anak bipolar adalah ciptaan-Nya. Ia sekadar menitipkannya kepada kita. Tugas kita adalah menjaga dan membesarkan anak itu untuk Tuhan semata.