Anak yang Tidak Ingat Budi

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T421B
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Salah satu hal menyakitkan yang kadang mesti kita hadapi adalah melihat anak yang kita besarkan dengan kasih dan pengorbanan bertumbuh besar menjadi anak yang tidak ingat budi atau kebaikan orangtua. Mengapakah ada anak yang tidak ingat budi orangtua? Apa penyebabnya dan bagaimana kita menghadapinya?
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Salah satu hal menyakitkan yang kadang mesti kita hadapi adalah melihat anak yang kita besarkan dengan kasih dan pengorbanan bertumbuh besar menjadi anak yang tidak ingat budi atau kebaikan orang tua. Mengapakah ada anak yang tidak ingat budi orang tua? Berikut akan dipaparkan kemungkinan penyebabnya dan langkah untuk menghadapinya.

  1. Ada anak yang tidak mengingat budi karena merasa budi yang diterima sebanding dengan budi yang telah diberikannya kepada orang tua. Dengan kata lain, anak merasa bahwa ia pun telah cukup berkorban untuk orang tua sehingga ia tidak lagi merasa berutang budi kepada orang tua. Sebagai contoh, anak yang tidak dapat meneruskan sekolah karena harus membantu orang tua dan membiayai kebutuhan adik-adiknya mungkin saja merasa bahwa pengorbanan yang telah diberikannya terlalu besar. Demi membantu keluarga ia telah mengorbankan masa depannya.
  2. Ada anak yang tidak mengingat budi orang tua karena terlalu dalam luka di hatinya akibat perbuatan orang tua. Mungkin perlakuan orang tua terlalu sering menyakiti hatinya sehingga pada akhirnya ia sukar mengingat hal-hal baik yang dilakukan orang tua. Bisa jadi tidak banyak yang telah diberikan orang tua kepadanya, selain keperluan jasmaniah.
  3. Ada anak yang tidak mengingat budi orang tua karena malu terhadap orang tua. Mungkin orang tua berasal dari golongan ekonomi rendah dan tidak bertata krama seperti yang diharapkannya. Oleh karena malu dengan kondisi orang tua maka anak pun tidak mau terlalu dekat dengan orang tua. Sedapatnya ia menghindar kontak dengan orang tua dan tidak mau diasosiasikan dengan orang tua.
  4. Ada anak yang tidak mengingat budi orang tua karena tidak mau berutang budi kepada orang tua. Biasanya anak menjadi seperti ini oleh karena sejak kecil orang tua kerap "menghitung-hitung' budi. Singkat kata, pada akhirnya anak tidak mau lagi berutang budi kepada orang tua dan berusaha "membayarnya" lunas supaya orang tua tidak dapat membangkit-bangkitkan perihal budi. Bagi anak, setiap budi yang diterima lebih merupakan "investasi" yang kelak mesti dibayarnya kembali. Itu sebabnya lebih baik bila ia tidak menerima budi apa pun dari orang tua.
  5. Ada anak yang tidak mengingat budi sebab memang ia adalah anak yang mementingkan diri sendiri. Seperti kita semua, anak pun adalah manusia berdosa dan sebagai manuisa berdosa kadang ia melakukan dosa. Ada anak yang berjalan dalam dosa sehingga hanya memikirkan dirinya sendiri. Dalam kondisi seperti ini anak hanya dapat memperhatikan keinginannya.
Apakah yang mesti dilakukan orang tua bila anak tidak mengingat budi orang tua? Berikut adalah beberapa saran :
  • Pertama, sebagai orang tua kita mesti mengintrospeksi diri. Bila anak tidak mengingat budi karena memang tidak banyak yang telah kita berikan atau korbankan untuknya, akuilah. Kita harus merendahkan diri dan mengakui perbuatan kita serta meminta pengampunan darinya.
  • Bila kita sering membuatnya mengingat budi yang telah diberikan kepadanya, berhentilah membangkit-bangkitkan hal itu. Sebaliknya, berbuatlah baik untuknya tanpa pamrih. Lewat perubahan ini anak tahu bahwa kita sudah bertobat dan lewat proses waktu ia akan dapat kembali memercayai kita.
  • Bila anak malu atau hidup mementingkan diri sendiri, kita hanya dapat mendoakannya supaya sadar dan bertobat. Janganlah kita "mengejar" dan menuntut balasan budi sebab tindakan ini biasanya tidak melahirkan kesadaran yang tulus. Ingatlah perumpamaan anak yang hilang di Lukas 15:11-32. Si Bapak tidak mengejar si bungsu; ia menunggu dan menyambut si anak dengan sabar. Ketika si bungsu pulang, "ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan . . . . berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia."

Kesimpulan: Seyogianya orang tua merawat dan membesarkan anak dalam kasih dan sebagai wujud syukur dan tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan anak kepada kita. Jadi, lakukanlah tugas ini dengan penuh sukacita. Apakah anak menghargai atau tidak, itu adalah tanggung jawabnya sendiri kepada Tuhan.