Air Menjadi Anggur

Versi printer-friendly
Kode Kaset: 
T457A
Nara Sumber: 
Pdt. Dr. Paul Gunadi
Abstrak: 
Pada Injil Yohanes 2:1-11 dicatat sebuah peristiwa di mana Tuhan Kita Yesus mengubah air menjadi anggur di sebuah pesta perkawinan di Kana. Sebagaimana dikatakan oleh Yohanes, si penulis Injil, itu adalah kali pertama Tuhan melakukan mukjizat.Nah, ada beberapa pelajaran yang dapat kita tarik dan terapkan ke dalam kehidupan kita, terutama keluarga kita.
Audio
MP3: 
Play Audio: 
Ringkasan

Pada Injil Yohanes 2:1-11 dicatat sebuah peristiwa di mana Tuhan Kita Yesus mengubah air menjadi anggur di sebuah pesta perkawinan di Kana. Sebagaimana dikatakan oleh Yohanes, si penulis Injil, itu adalah kali pertama Tuhan melakukan mukjizat. Nah, ada beberapa pelajaran yang dapat kita tarik dan terapkan ke dalam kehidupan kita, terutama keluarga kita.

  • Pertama, sebaik apa pun persiapan yang kita lakukan, hasil akhir tidak selalu sesuai harapan. Pada pesta pernikahan itu, secara tiba-tiba anggur habis. Sebagaimana lazimnya, pihak penganten pasti telah memperhitungkan jumlah anggur yang mesti disiapkan bagi para tamu. Ternyata, perhitungan mereka meleset; anggur habis sebelum pesta berakhir. Apa yang terjadi pada pesta kawin itu dapat terjadi dalam hidup kita pula. Kita menyiapkan diri untuk berkeluarga dengan memilih pasangan yang kita anggap baik. Dalam perjalanannya, pasangan berubah menjadi buruk. Kebiasaan buruk disambutnya, kebiasaan baik ditinggalkannya. Contoh lain yang kerap terjadi berhubungan dengan anak. Kita berusaha membesarkan anak sebaik-baiknya. Kita pelajari cara yang efektif untuk membesarkannya. Kita membagi waktu sebaik-baiknya agar tidak melalaikan tanggung jawab. Kita pun menanamkan iman di dalam kehidupan mereka. Setelah besar, mereka berubah. Mereka bergaul dengan orang yang bermasalah. Mereka mengambil keputusan yang tidak bijaksana. Bahkan, ada yang meninggalkan iman pada Kristus. Inilah fakta kehidupan yang kadang terjadi. Dari sini kita pun diingatkan bahwa hidup dengan Tuhan tidak berarti kita dibebaskan dari persoalan hidup. Kenyataan ini tidak seharusnya membuat kita kecewa; sebaliknya, kenyataan ini seyogianya membawa kita lebih dekat kepada Tuhan. Tidak lagi kita bersandar pada diri dan kesanggupan kita mempersiapkan segalanya dengan baik. Sekarang kita bersandar sepenuhnya pada Tuhan.

  • Kedua, di dalam setiap kesulitan yang kita hadapi, pasti ada Tuhan dan anak Tuhan di sana. Di dalam perjamuan kawin itu, Tuhan kita Yesus hadir bersama ibu-Nya, Maria. Yohanes menulis, begitu Maria mengetahui bahwa anggur telah habis, ia pun meminta putranya, Yesus, untuk berbuat sesuatu. Ya, di dalam kesulitan, pasti Tuhan berada di sana dan Ia akan menghadirkan anak-anak-Nya untuk mendampingi dan menolong kita. Setiap keluarga memunyai masalahnya sendiri-sendiri. Kadang kita tidak dapat menyelesaikan masalah; kadang kita membutuhkan topangan dari sesama. Di saat seperti itulah Tuhan mengutus anak-Nya untuk datang dan menolong kita. Sudah tentu kita berharap bahwa Tuhan datang SEBELUM masalah datang—sebelum anggur habis—tetapi tidak, pada umumnya Tuhan hadir SETELAH masalah datang. Mungkin kita tengah menghadapi masalah di mana suami berselingkuh dan berharap Tuhan mencegah hal itu terjadi. Atau, kita tengah menghadapi masalah kehilangan pekerjaan dan berharap, Tuhan telah menghindarkan kita dari kesulitan keuangan. Pada umumnya Tuhan tidak mencegah masalah datang sebab itulah bagian dari hidup di dunia yang tidak sempurna ini. Ia membiarkan kita mengalami masalah, namun Ia tidak meninggalkan kita sendirian. Ia akan mengutus salah seorang anak-Nya datang mendampingi kita. Ia akan hadir dan menolong kita.

  • Ketiga, pertumbuhan iman senantiasa menjadi prioritas Tuhan dalam hidup kita. Pada waktu Maria meminta Yesus, Putranya di bumi, untuk berbuat sesuatu menolong keluarga ini, Yesus menjawab, "Saat-Ku belum tiba." Dengan kata lain, bukan saja Tuhan menolak untuk memenuhi permohonan Maria, Ia pun menolak untuk menolong keluarga ini. Saya menduga, sebagai manusia pastilah Maria terluka akibat penolakan yang disampaikan secara langsung itu. Namun sebagaimana kita ketahui, Maria tidak beranjak. Ia malah menyuruh para pelayan di rumah itu, "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu." Hal ini menunjukkan adanya iman pada Maria. Ia percaya bahwa Yesus tidak akan berdiam diri melihat kesusahan orang. Ia yakin bahwa Yesus pasti akan melakukan sesuatu walau ia sendiri tidak tahu apakah yang akan dilakukan Yesus. Itulah iman. Itulah yang dicari oleh Tuhan pada diri kita. Namun ada satu hal lagi yang perlu kita perhatikan. Sewaktu permohonannya ditolak, Maria tidak kecewa dan marah kepada Yesus. Pada saat itu Maria mengubah pandangannya terhadap Yesus: dari anakku menjadi Allahku. Adakalanya kita kecewa kepada Tuhan karena Ia tidak meluluskan permohonan kita. Sesungguhnya kita kecewa karena kita menganggap Tuhan sebagai sahabat kita. Namun, kita harus selalu mengingat bahwa Yesus bukan saja sahabat kita, Ia pun adalah Tuhan dan Allah kita. Dan, sebagai Tuhan dan Allah, Ia mempunyai waktu dan rencana-Nya. Dua hal yang diharapkan-Nya dari kita adalah iman—percaya bahwa Tuhan tahu apa yang baik buat kita dan Ia memegang segalanya dalam kendali-Nya—dan kesiapan serta kesetiaan untuk melakukan kehendak-Nya. Maria meminta para pelayan untuk siap melakukan apa pun yang diperintahkan Tuhan. Akhirnya Tuhan meminta mereka untuk mengisi air di tempayan dan mengubah air menjadi anggur. Kita pun mesti siap mengisi air di tempayan, artinya, siap melakukan pekerjaan Tuhan dengan penuh kesetiaan. Kita tidak tahu kapankah Tuhan akan mengubah "air pelayanan" menjadi "anggur berkat." Baik itu di keluarga maupun di luar rumah, kerjakan tugas dan kewajiban kita.

  • Keempat, Tuhan menolong dengan segala cara bahkan dengan cara yang paling sederhana. Tidak ada yang menduga bahwa Tuhan akan mengubah air biasa menjadi anggur. Ini adalah tindakan yang berada di luar pemikiran manusia. Kadang dalam kesulitan, kita berdoa dan menantikan Tuhan memberikan solusi dari luar dan dengan cara yang rumit. Ternyata, Tuhan menghadirkan solusi dari dalam dan dengan cara yang sederhana. Ya, Tuhan tidak memerlukan hal yang kompleks dan canggih untuk menolong kita. Ia dapat menggunakan apa saja. Jadi, sewaktu tengah menghadapi masalah, tidak usah kita mencari jalan yang susah dan rumit. Tuhan dapat menolong dengan segala cara.